Koalisi Birahi

Kisah tentang ambisi manusia atas kekuasaan (politik) demikian apik dikisahkan dalam Mahabaratha. Begitu sederhana kelihatan pada awalnya. Bahwa urusan nafsu birahi, kemudian diresmikan dalam sebuah pernikahan. Namun, pada hakikatnya adalah kejadian luar biasa. Kelahiran manusia. Syakuntala melahirkan anak Dushmanta, lelaki yang telah merayunya, menjanjikannya kedudukan permaisuri di istananya.

Satu hal. Ya bisa dibilang begitu, permintaan Syakuntala pada Dushmanta, sehingga mau menerima pinangannya. “Dengarkanlah wahai pria utama keturunan bangsa Puru, ada syarat-syarat yang harus Paduka penuhi! Berjanjilah bahwa apa pun yang hamba pinta akan Paduka kabulkan. Anak laki-laki yang akan hamba lahirkan hendaknya kelak menjadi ahli waris kerajaan Paduka. Itulah syarat hamba! Wahai Raja Dusmanta, jika Tuanku menerima syarat ini, hamba bersedia menikah sekarang juga”. Permintaan ini diulang dihadapan Rsi Kanwa ayahnya meminta keturunannya dengan Dushmanta tidak akan pernah kehilangan kerajaannya dan ternama di seluruh dunia. Begitulah ambisi Syakuntala, pernikahan demi kuasa dunia.

Koalisi politik atau apapun kerajaan atau pemerintahan yang dibangun atas “pernikahan” karna godaan “kecantikan rupa mempelai” semata akan menjermuskan pada problematika dan tragedi umat manusia. Dalam mahabaratha, anda bisa baca, bagaimana Hastinapura kemudian menjadi ajang perebutan kuasa, kudeta, perang dan pembasmian keturunan. Anak mereka adalah Baratha, leluhur keluarga Baratha. Harapan hendak jaya dan kekal berkuasa, pada akhirnya berbuah dendam dan perang Mahabaratha.

Demikianlah, tatanan politik jika didasari atas koalisi “nafsu birahi”. Hanya sekedar melihat kecantikan hasil hitung suara, keseksian pendukung partainya, tanpa didasari atas ketulusan kecintaan kepada bangsa. Koalisi semacam itu hanya akan melahirkan generasi yang penuh ambisi kuasa dan dendam pada sesama. Kelak kemudian hanya menyisakan si Parikesit yang sudah tak punya siapa-siapa apalagi kemegahan istana...