Nahdlatul Wathan : Madrasah Yang Luar Biasa

 
Banyak peneliti, khususnya yang mengkaji tentang Nahdlatul Ulama (NU) melihat Nahdlatul Wathan (NW) sebagai salah satu pilar dari berdirinya NU. Namun demikian, jangan sampai, karena kebesaran NU, kemudian saya dan anda menganggap kecil atau bahkan meremehkan peran Nahdlatul wathan. Marilah kita perhatikan satu pilar tersebut, meski harus tetap disadari, bahwa itu adalah hanya bagian dari rumah besar, bernama Nahdlatul Ulama.

Paling tidak ada beberapa alasan, jika kemudian saya menyebutnya sebagai madrasah yang luar biasa. Nahdlatul watahan didirikan para ulama, yang dipelopori oleh KH. Wahab Hasbullah. Pertama, ringkasnya nahdlatul wathan itu sekolah (madrasah) yang revolusioner. Saya sebut demikian, karena NW didirikan atas prinsip yang berbeda dengan mainstream waktu itu, yaitu dalam hal perjuangan melawan penjajah. Sebelum NW, sudah banyak berdiri ormas yang berupaya melawan penjajah Belanda, dengan tujuan dan strategi politik. Fokus mereka adalah perjuangan politik dan diplomasi. Di sisi lain, perjuangan fisik juga kuat bergolak di berbagai daerah. Mendirikan madrasah (perguruan) sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai target membangun nasionalisme (cinta tanah air) dalam konteks zaman itu adalah revolusioner. Ada banyak sekolah yang sudah didirikan, tetapi ditujukan mengejar kecerdasan dan kepandaian, yang juga diyakini bisa dijadikan alat perjuangan. Menegaskan sebagai perguruan cinta tanah air, bagi NW adalah pilihan yang sangat beresiko. Pada era 1916, NW didirikan di Surabaya dan kemudian diikuti di berbagai daerah. Situasi masa itu adalah sedang kuat-kuatnya kolonialisme di dunia dan Belanda dengan segala cara akan meredam gerakan perlawanan dari rakyat jajahannya. Lembaga pendidikan dengan demikian tegas sekali, dijadikan alat perjuangan kemerdekaan.

Kedua, dalam kalimat singkat, NW adalah madrasah yang komplit dan uptodate. Mengapa demikian? Menurut saya, NW dikelola secara modern, berbasis sistem klasikal dan kurikulum yang seragam di antara sekolah-sekolah di bawah naungannya. Pada masa itu pergolakan pemikiran keagamaan terjadi perdebatan, perbedaan bahkan sampai konflik antar paham. Melalui sistem pengajaran yang sistematis, NW mengajarkan dan mempertahankan paham ahlussunnah wal jamaah, dengan tetap berkiblat pada pendidikan pesantren. Demikian pula, pilihan dalam membangun nasionalisme sangat sesuai dengan kebutuhan zaman itu. Jadi, NW adalah madrasah yang mengajarkan ilmu agama, ilmu pengetahuan umum dan cinta tanah air.

Maka, yang ketiga adalah NW menjadi sumber ide, semangat dan manusia dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Banyak tokoh-tokoh nasionalis lahir dari perguruan ini. Tidak mengherankan jika kemudian, pad tahun 1945 Surabaya dipenuhi oleh para pejuang yang sangat cinta tanah air dan tidak takut pada penjajah asing.

Masa kini, tentu perlu melihat dan mengkaji apa yang sudah dilakukan oleh Nahdlatul wathan. Satu soal perlu diajukan, apakah pendidikan selama ini kemudian mampu membangun nasionalisme? Kurikulum pada akhir-akhir ini lebih dititikberatkan pada kebutuhan mencetak manusia-manusia kerja, disiapkan bisa mengerjakan sesuatu yang dibutuhkan dalam industri. Tetapi kering dalam sisi nasionalisme. Tidak mengherankan kemudian, banyak profesional dan tenaga ahli lahir dari sistem pendidikan semacam ini yang melupakan naisonalisme, mudah menjual aset kepada asing, kepada mereka yang “dianggap” ahli. Padahal, kalau mau bekerja lebih keras, keahlian yang dimiliki anak bangsa ini tidak kalah dengan orang asing.

Selanjutnya, bagaimana dengan NU? Sebagai rumah besar, mari sama-sama dilihat pilarnya. Satu saja, seperti melihat Nahdlatul Wathan, apakah masih terjaga visi dan misinya? Jika penilaian anda sudah rapuh, maka yang paling masuk akal untuk menjelaskannya adalah disebabkan gerogotan rayap. Tentu itu ada pada pilar itu sendiri atau masih berada di dalam rumah. Semoga saya dan anda bukan bagian dari rayap itu.

 

Selamat Hari Lahir NU yang ke-91 (16 Rajab 1435 H)