Telur Maulid

Saat perayaan maulid Nabi Muhammad SAW tiba, banyak sekali kegiatan dilakukan menyambutnya. Yang sudah menjadi tradisi adalah membuat telur hias. Bahkan di beberapa daerah pembuatan telur hias tersebut sudah dilombakan. Entah sejak kapan tradisi itu dimulai, namun yang jelas, tradisi telur maulid itu sudah menyebar hampir ke seluruh wilayah Indonesia dengan masing-masing kreasi dan bentuknya.

Telur direbus, kemudian ditusuk dengan bambu, dan dihias dengan beraneka ragama warna dari kertas. Ada yang kemudian dipasang di gedebok pisang dengan jumlah tertentu atau digantung. Ada pula yang tidak menusuknya tetapi cukup telur disuguhkan dan dihias ala kadarnya.

Bagi anda yang suka tradisi ini, tentu mempunyai makna penting di dalamnya. Bahwa Maulid, kelahiran Nabi Muhammad SAW disambut dengan kemeriahan telur warna-warni. Telur dijadikan simbol kelahiran, sebab dari telurlah kemudian menjadi anak-anak ayam (bebek/telor). Tusuk bambu melambangkan adanya kelurusan, kekuatan, keteguhan layaknya pohon bambu yang tumbuh menjulang tinggi. Demikianlah Maulid diharapkan memberi makna kepada umat Islam selalu teguh, lurus dan menjulang tinggi meneladani Sang Nabi Muhammad manusia mulia dan luhur.  Dulu sebagian masyarakat hanya menggunakan telur bebek. Ini dimaksudkan  umat Islam mengikuti dan meneladani Sang Nabi layaknya bebek, berbaris rapi, mengikuti panduan sang pemimpin. Rasya syukur menyambut kelahiran Sang Nabi teladan umat Islam diungkapkan dengan rasa gembira, rasa sumringah melalui simbol-simbol aneka warna kertas dan hiasan telurnya.

Itu hanya simbol luar saja, tentu penyambutannya tidak sekedar tradisi telur hias, masih banyak aneka kegiatan yang kesemuanya merupakan ungkapan rasa syukur atas lahirnya Nabi Muhammad SAW. Tapi paling tidak itu menandakan adanya kecintaan kita terhadap beliau. Demikianlah para leluhur kita mengajarkan rasa cinta itu.

Masihkan ajaran cinta itu anda jaga?