Tulisan sebelumnya menggambarkan bagaimana pemuda itu bertemu dengan guru. Dan sepakat, bahwa sang pemuda siap dibimbing oleh guru. Titik kedatangan pemuda dalam kesadarannya dengan beban dosa yang demikian banyak, mendorong meminta nasehat kepada gurunya :
Guru : “saudaraku, engkau datang ke sini dengan beban dosa yang kau akui demikian berat. Aku tak mampu membersihkan itu semua. Aku hanya sekedar memberi tahumu soal apa yang bisa kau lakukan...itu saja”
Pemuda : “guru, bagiku itu sudah cukup. Itu semua adalah bebanku, tanggunganku. Hingga aku sendiri yang harus membersihkannya. Lantas apa yang harus aku lakukan?”
Guru : “bertasbihlah....subhanallahil ‘adliim. Lakukan itu terus menerus, dalam setiap langkahmu, tarikan nafasmu, segala posisimu..”
Pemuda : “bagaimana itu bisa membersihkan dosa-dosaku? Bukankah bertobat dan minta ampun yang hendaknya kulakukan?”
Guru : “pendapatmu tidak salah saudaraku. Tapi tahukah engkau yang kaumintakan ampun? Benar-benar pahamkah engkau dengan dosamu? Kenalkah engkau kepada siapa meminta ampunan?”
Pemuda : “guru....jelaslah Allah swt. yang menjadi tempat permohonan ampun dan tobat...”
Guru : “begitu kenalkah engkau kepadaNYA? Sehingga engkau justru jatuh pada kubangan dosa?, maka kenalilah dulu DIA,...melalui proses meMahasucikanNYA....lakukanlah saja, hingga merasuk dalam jantungmu, hingga kau benar-benar tahu posisi dirimu, ingat posisi dirimu...”
Pemuda : “baiklah guru......saat ini, entah mengerti atau tidak. Entah paham atu tidak, akan aku lakukan semampu dan sebaik mungkin, hingga aku bisa mencapai apa yang dinasehatkan....mohon do’a restu....”
=== bersambung