Penjelasan Rukun Iman

Kali ini si Mbah memberikan wejangan tentang Rukun Iman.

==

Nak, cucuku semuanya

Rukun Iman itu ada enam,

Perhatikanlah satu persatu agar kalian bisa memahami

dan lebih mengerti bagi dirimu

==

Yang pertama kepada Allah

Teguhkanlah dalam diam

Bawalah hati dalam tenang

Bahwa di dalamnya ada kesaksian

==

Yang kedua kepada Malaikat

Ketahuilah mereka semua adalah aparat

tanpa maksiat juga khianat

Bahwa mereka adalah kawan dekat

==

Yang ketiga kepada Kitab

Rajinlah membaca apa saja

Baik tersirat atau tersurat

Bahwa semua itu menjadi pelajaran

==

Yang keempat kepada Utusan

Cermin nyata dalam kehidupan

Jadikan ukuran dalam budi tindakan

Bahwa pada mereka ada teladan

==

Yang kelima kepada Akhirat

Jadikan ini sebagai cita-cita dan pandangan

Atau bisa kau buat hubungan sebab dan akibat

Bahwa semuanya ada kesudahan

==

Yang keenam kepada Qodlo Qodar

Pandanglah semua dari Tuhan

Susah senang dalam kehidupan

Bahwa itu semua warna kehidupan

==

(Sumber : Kitab Teles, Bab Kajaten, Pasal Rukun Iman)

SABAR (Bagian III-akhir)

Sabar (Bagian III)

Jika pada bagian sebelumnya mengulas apa itu sabar, bagian ini akan membahas untuk apa bersabar. Allah berfirman :"Mintalah dengan sabar dan sholat, sesungguhny Allah bersama orang yang bersabar". Ayat ini dengan tegas menyebutkan dua fungsi sabar, yaitu untuk meminta (solusi atas berbagai masalah) dan dekat kepada Allah. Dua hal itu tidak dapat dipisahkan dan pada ujungnya tetap dekat kepada Allah.

Sering kali diantara kita bertanya dengan penuh heran; "mengapa orang-orang kafir kok sukses dalam hidupnya? berhasil dalam kehidupan?", diantara kita ada yang memberi jawaban:"ah itu kan keberhasilan semu, Allah hanya menguja (memanjakan) saja dan tidak berarti benar-benar di sayang sama Allah". Jawaban tersebut lebih pada penyelematan keimanan agar orang tidak jatuh dan tertarik pada keberhasilan orang-orang kafir dan akhirnya mengikuti jalan hidup orang kafir. Tidak ada salahnya jawaban itu. Tetapi kurang mengena, tidak fokus pada jawaban mengapa. Ayat yang saya kutip di atas benar-benar menegaskan bahwa kesabaran adalah kunci. Disinilah sisi universal hukum Allah (Sunnah Allah) yang tertuang dalam Al Qur'an. Siapa sabar ya bisa mengatasi masalah, tidak peduli siapapun dia, agama apapun dia. Jadi jangan heran ketika, ada orang yang nyembahnya cuma batu bisa sukses, bisa mengatasi masalah hidupnya. Sebab dia sudah bersabar dalam usaha, bersabar atas mencari solusi, meski dia terantuk batu. Jadi inilah keadilan Allah yang didasarkan pada hukumnya yang universal. Disinilah penjelasan mengapa maling, koruptor dan sebagainya kok ya bisa berhasil. Mereka melakukan kejahatan dengan ketelitian, kesabaran. Jadi itupun bisa dilakukan.

Bagi orang-orang beriman perlu diingatkan dengan penegasan Allah "Sesungguhnya Allah beserta orang bersabar". Ada dua bentuk kedekatan dengan Allah dalam ayat tersebut, yaitu Manusia yang mendekati Allah (dengan Sholat) dan Allah yang mendekati manusia (dengan bersabar). ketika manusia bisa bersabar seperti yang diuraikan sebelumnya, yang bersumbu pada Allah, maka pada saat itu Allah menyertai manusia itu. Penegasan itu pula yang pada akhirnya membedakan orang beriman dengan tidak. Seolah-olah Allah berkata, ketika manusia sudah bersabar bisa jadi bukan keberhasilan, tetapi kegagalan. oleh karena itu, allah akan tetap menemani manusia tersebut, meski tidak dikabulkan secara langsung. Bagi orang beriman, jawaban itu sungguh luar biasa. Bukan bicara dikabulkan atau tidak, diterima atau tidak permintaannya. tetapi jaminan Allah akan menyertai itu sungguh luar biasa. Jika sholat manusia berusaha keras mendekati allah, malah ini sebaliknya. Oleh karena itu kenikmatan didekati itu merupakan anugrah yang luar biasa, sehingga tetap membuat manusia tetap bersabar dan tetap mendamba didampingi Allah swt. Mana ada kenikmatan yang lebih luar biasa selain itu??? Bahkan dalam kitab-kitab klasik disebutkan kenikmatan pada ujungnya di surga nanti adalah "melihat wajah allah". Ketika di dunia ini bisa didampingi, disertai Allah terus menerus, maka dia sebenarnya sudah mencapai kenikmatan surgawi, tanpa menyentuh surga itu sendiri.

Begitu agungnya bersabar, memang mudah diucap, meski sulit dilakukan. Tetapi mengapa kita masih enggan untuk berusaha menempuhnya? Apakah ada alasan yang meyakinkan untuk menolak bersabar? Bahkan orang kafir, penjahat, kriminal mengakui keutamaan bersabar. Maling-maling di malam hari, mau bersabar menunggu pemilik rumah untuk tidur; penculik rela berhari-hari mondar-mandir mempelajari lokasi.

Allahummaj'alnaa minashoobiriin. Amiin.

SABAR (Bagian II)

Agak sulit memang menemukan definisi sabar yang benar-benar pas. Antara satu orang dengan lainnya bisa mempunyai definisi yang berbeda. Wajar jika demikian, sebab sabar merupakan istilah yang memuat hal-hal fisik dan non fisik. Campuran yang abstrak dengan yang riil. Sabar bisa tercermin dalam sikap perilaku yang keliatan, tetapi dia didasari pada sikap batin yang abstrak, ghoib. Allah tidak memberi batasan yang benar-benar jelas. Di berbagai ayat al qur'an sabar muncul. Salah satunya adalah ketika menggambarkan orang yang sabar : "...mereka yang ketika ditimpa musibah berkata inna lillahi wa innaa ilaihi rojiun". Orang sabar digamabrkan oleh allah adalah merek a yang ketika ditimpa musibah (kejadian yang tidak mengenakkan-pen) berujar innaa lillahi wa innaa ilaihi rojiun. gambaran tersebut lebih fokus kepada musibah, bukan nikmat. Allah paham betul terhadap psikologis manusia. Ketika nikmat manusia akan mudah mengucap terima kasih. Mudah memuji allah. Tetapi bagaimana kalau tidak menyenangkan? maga disitulah akan tergambar kesabaran seseorang. Dari sini ada satu pelajaran yang bisa kita ambil, bahwa manusia yang teruji adalah ketika mereka bisa melalui kesulitan, ketidakenakan. Kalau mau tahu apakah manusia itu bersukur atau tidak, maka lihatlah ketika tidak punya apa-apa. Apakah kita termasuk orang yang bersukur atau tidak atas kesehatan, maka lihatlah sikap kita ketika sakit. Apakah anda akan menggerutu dan mengomel ketika sakit? jika ya, berarti anda tidak bersukur atas kesehatan. Terkadang kita diberi flu satu jam saja mengeluhnya luar biasa...lupa jika allah memberi sehat selama puluhan tahun...itulah manusia yang sering melupakan allah. Tidak enak sedikit saja melupakan nikmat yang besar dan lama sebelumnya.

Tepat sekali allah menggambarkan tentang manusia yang sabar itu. Di saat tidak enak, maka manusia itu dengan penuh kesadaran mengakui : "sungguh...kami ini adalah milik allah dan kami semua akan kembali kepada allah...". Kalimat ini dalam masyarakat kita sudah dipelintir sedemikian rupa hanya berlaku ketika ada orang meninggal. Kalau mau jujur sungguh ungkapan itu diucapkan hanya ketika ada orang meninggal adalah mengecilkan arti yang sesungguhnya. Ungkapan itu akan keluar dari mulut mereka yang terkena musibah. Bukan orang lain yang tidak kena musibah. Seandainya diucapkan orang lain, maka itu adalah bentuk mengingatkan untuk bersabar bagi yang ditimpa musibah.

Kata kami (innaa) adalah menunjukkan subyek jamak (pertama) atau kami. Jadi saya dan apa yang beserta saya. Sehingga disitu yang menjadi milik allah ada saya dan apa saja yang beserta saya, baik benda, kejadian atau apapun. Sehingga ketika ada kejadian yang membuat kita tidak nyaman, tidak menyenangkan, maka allah mengajari kita untuk mengakui bahwa itu semua dari allah. Orang sering dan mudah mengumpat ketika cuma tersandung. siapa sebenarnya yang diumpat?? kaki, batu, kejadian atau yang menciptakan kejadian tersandung tersebut. Sungguh seandainya tahu...orang di dunia ini tidak akan mudah mengumpat. Dosa besar. Demikian pula mengeluh...di al qur'an berkali-kali disebut "wa laa tai-asu.." berkali-kali...jangan putus asa...atas rahmat allah. kenapa lupa dengan nikmat-nikmat yang telah diberikan selama ini (wa bi ayyi alaai robbikuma tukadziban)?

dengan demikian, sabar kah diri kita??? cobalah apa yang pertama kali muncul dalam benak kita, hati kita; apa yang pertama terucap dari mulut kita ketika kita menemui kejadian, situasi, hal dan sesuatu yang buat diri kita tidak enak, tidak senang. Apapun yang muncul dalam benak kita, apapun yang terucap dari mulut kita, maka itulah indikator kesabaran kita. Selanjutnya nilailah sendiri...hanya anda dan allah yang paling tahu tentang diri anda.

Sabar adalah sebuah sikap yang tidak hanya soal ucapan, tetapi lebih dari itu, yaitu sikap hati, sikap batin yang terlahir melalui sikap perilaku dan dipertegas melalui ucapan. Sabar demikian penting, tetapi demikian berat dilakukan? untuk apa itu semua dilakukan? seberapa penting sabar dalam hidup, dalam ajaran agama? semoga bisa berlanjut dalam tulisan berikutnya.

SABAR (Bagian I)

Imam Nafri berkata : "Pintu terdekat kepadaNYA adalah sabar". Dalam sabda Kanjeng Nabi Muhammad disebutkan : "Sabar itu sebagian(separo) dari Iman". Begitu pentingnya sikap sabar dalam hidup sehingga ditempatkan dalam posisi yang strategis dalam kehidupan manusia, baik secara umum dan khusus keagamaan. Orang seringkali berkata : "Sabar itu ada batasnya..." Seolah kalimat tersebut sungguh pas untuk menggambarkan bahwa seseorang sudah berusaha bersabar, tetapi bagaimanapun tidak bisa terus menerus bersabar, jadi sabar itu ada batasnya.

Seolah kalimat tersebut mencerminkan sebuah kebenaran, tetapi hanya sebuah apologi semata, membela diri untuk menutup kelemahannya. Kalimat yang seolah-seolah menunjukkan kearifan itu sebenarnya adalah bisikan syaitan, tipu daya syaitan. Baiklah kita kupas : benarkan sabar ada batasnya?. bagaimana mungkin sebuah kebaikan dan anjuran agama yang diletakkan pada posisi sangat penting dibatasi? Bukankah yang sebenarnya adalah : keterbatasan manusia dalam menjalankan sabar? bukan sabar itu sendiri yang terbatas. Seperti sholat, sebagai kebaikan, apakah dibatasi? memang diatur mana yang boleh dan tidak, mana waktu sholat A dan mana sholat B. Itu tidak membatasi, hanya mengatur/regulasi. Sholat sunnah ada sholat mutlaq, yang bebas aturannya. Suatu ketika ada sahabat Nabi melaksanakan sholat sunnah sampai kakinya bengkak, maka Nabi menegur untuk tidak diteruskan kebiasaannya. Buka Nabi membatasi orang sholat sunnah, tetapi kemampuan manusia terbatas, jika berlebih akan sangat tidak baik.

Demikian pula sabar. Tidak dibatasi, tetapi kemampuan manusia itu sendirilah yang terbatas untuk menjalankannya. Kanjeng Nabi Muhammad adalah manusia yang sudah mencapai puncak kesabaran, bahkan jibril yang tak bernafsu saja "menyerah" atas kesabaran beliau. Sehingga kalau kita tidak bisa seperti Nabi, paling tidak kita mau menyadari bahwa itulah referensi terbaik akhlak bersabar, sekaligus menyadari dan mengakui bahwa manusia punya batas-batas kemampuan masing-masing untuk menjalankan kesabaran. jadi mampu mengucapkan : "Saya masih belum bisa bersabar atas masalah ini. Semoga tindakanku ini dimaafkan Allah, dan dimudahkan Allah". atau "Saya sebagai manusia mempunyai keterbatasan untuk bersabar, maafkanlah dan ampunilah".

By the way, apakah sabar itu? sikap diam, sikap pasif, tidak peduli. Apakah sikap /do'a Nabi Nuh terhadap umatnya kemudian ditenggelamkan itu bersabar? Apakah Sikap Musa menenggelamkan fir'aun dan pasukannya termasuk bersabar? Atau ketika Ibrahim menyembelih anaknya juga termasuk sabar?

WATUK LAN WATEK

Si Mbah maringi pitutur dateng putro wayah :

Ngger, anak putuku kabeh

Ono unen-unen mangkene :
“watuk kui iso ilang
nanging watek ora iso
bisane amung owah”
akeh sing podo nglaleake marang tembung kang pungkasan
mulane akeh podo sing ora gelem nggayuh budi sing kasan
==
WATUK kui kuwat-kuWATe metu kelawan tuTUK
amergo nora gelem leren menowo durung ngantuk
ilange, sebab tombo opo suwuk
ugo iso mangan turu sing tuwuk
==
WATEK kui kuwat-kuWATe uTEK
amergo penemune pikir sing seneng othak-athik
ora mikir olo kelawan apik

WATEK kui kuwat-kuWATe krenTEK
amergo yakin marang becik
tumibane malah laku sirik
==
Owahe WATEK kudu kelawan uTEK sing ajeg
Owahe WATEK kudu kelawan krenTEK sing jejeg

Ngger weruhono ...
lamun UTEK dadi alat nguwasani alam donya
Ngger podo digatekno .....
Lamun KRENTEK dadi ratune poncodriyo
==
(Sumber : Kitab Teles, Bab Kepribadian, Pasal Watek)

NJIMAK

Sudah lama si Mbah tidak memberi saya wejangan. Tiba-tiba disampaikanlah sebuah wejangan khusus dewasa (yang sudah menikah), begini wejangannya :

Nak cucuku :



NJIMAKMU adalah gambaran amal ibadahmu

yang menjadi kebutuhan dan daruratmu

baik sembarang waktu

atau kaukhususkan waktu tertentu

==

PASANGANMU adalah gambaran dirimu sendiri

yang menjadi ukuran sampai dimana istiqomahmu

maka janganlah kau anggap angin lalu

atau kauacuhkan setelah tercapai maksudmu

==

TELANJANGMU adalah gambaran kejujuranmu

tak perlu ragu atau malu-malu

jika risih, berselimutlah untuk menambah syahdu

sehingga tak ada prasangka atas dirimu

==

NAFSUMU adalah gambaran niatmu yang kuat

tanpa itu, bersiaplah untuk dihujat dan diumpat

tapi ingat jangan pake obat

nanti bisa salah urat

==

EJAKULASIMU adalah gambaran dari rasa syukurmu

yang tak perlu penjelasan ataupun alasan

apalagi sebab yang kauajukan

maka nikmatlah yang kaucukupkan

==

Nak cucuku :

dalam beramal, maka BERSETUBUHLAH

dengan penuh nafsu dan tanpa ragu

perhatikanlah PASANGANMU dalam ejakulasimu

sebab disitulah kadar amalmu

===

Apakah sekedar kaupuaskan dirimu?

Atau kaubahagiakan pasanganmu?



(Sumber : Kitab Teles, Bab Njimak, Pasal Kepuasan)

JARAK

Jika seseorang meyakini keberadaan Allah itu jauh,
maka sebenarnya dia menegaskan adanya jarak antaranya dan Allah,
dengan kata lain dia menuntut dirinya sendiri untuk menemukan sarana yang mendekatkan,
dan karenanya dia disibukkan mencari, memilih dan mencoba sarana yang ditemui.

Jika seseorang meyakini keberadaan Allah itu dekat,
maka sebenarnya dia sedang menegaskan bahwa antaranya dan Allah tidak ada apa-apa,
dengan kata lain dia menuntut dirinya menanggalkan semua yang selain Allah,
dan karenanya dia disibukkan untuk mengabaikan, melupakan dan mengacuhkan itu semua.

Jika seseorang meyakini keberadaan Allah itu Jauh juga Dekat,
maka sebenarnya dia sedang menegaskan kebingungannya,
dengan kata lain dia menuntut dirinya untuk membuktikan,
dan karenanya dia disibukkan membongkar, mengulang dan memperjuangkan apa yang ditemui.

Jika seseorang tidak meyakini keberadaan Allah,
maka sebenarnya dia sedang menegaskan bahwa dirinya adalah sesuatu,
dengan kata lain tidak menuntut dirinya mengusahakan apapun,
dan karenanya dia sibuk mempermainkan sesuatu.

(Sumber : Kitab Teles, Bab Kahanan, Pasal Jarak)

Masalah "Ngelmu"

Saya bukanlah orang yang hafal hadits banyak atau ayat-ayat al qur’an

Tapi pesene si Mbah mbiyen neng awakku :

“Golek nglemu kuwi, luweh angel nek wes ketemu,

Coba sliramu nek wes apal kadis, trus yo gawe opo?

Opo gawe nyeneni wong liya, opo gawe minteri wong liyo?

Coba sliramu nek wes apal kuran, trus gawe opo?

Opo mung gawe apik2an swara, opo gawe nyacat wong liyo?

Ngger....

Gusti paring kuran kui gaween nasehat kanggo awak iro

Kanjeng nabi dawuh kadis kui tuladanen kanggo bagusi budiniro

Agama kui, yo ageman,

Maksude ngono, klambi kanggo nutup orat sing ala

Maksude ngono, yo cekelan, sing kudu iso dade’ake awakmu sekti mandraguno

Yo kabeh mahu...ngger

isoo dadi menungso sing sekti, disekke bekti karo pangeran

mandraguna, ngono maksdue isoo migunani marang liyan....”

(Sumber : Kitab Teles, Bab Pepeling, Pasal Agama)

Ilmu Ngising

Iki pepelinge si Mbah

Si Mbah sampun dawuh marang putra wayah kabeh mangkene

Ngger putuku kabeh,

Umpama kena dadi ibarat, mangka

===

NGISINGmu kui dadi ibarate IKHLASmu

Ora perlu kok etung sing metu

Opo maneh getun, ugo pamer

Nek perlu sliramu ora weruh

==

NGEDENmu kui dadi ibarate SABARmu

Durung pedot lan leren sak durunge metu

Ojo sampek nesu,

sebab iso ngrusak acaramu

Nek wes kelaku, lego bolong atimu

==

NGENTUTmu kui dadi ibarate IMANmu

Sing iso didulu mung ambu

Dadi tandane yen ono isi wetengmu

==

NGUYUHmu kui dadi ibarate NIAT lan SEJAmu

Ora perlu karep nguyuh,

wes mesti metu Siji wae sing kok tuju, yo kui NGISINGmu

*) Sumber : Kitab Teles, Bab Pepeling, Pasal Kemproh

Filosopi Kopi

Filosofi kopi

Jika membuat Kopi :

Satu pantangan yang bisa dsepakati :
Jangan tuang air yang tidak mendidih (matang)
dalam mengaji, jangan berhenti jika belum matang (mendidih)

selera bisa berbeda, ada yang suka tanpa gula
bahkan ada yang masih ditambah susu pula
dalam mengaji, cara bisa berbeda
ada yang suka banyak bertanya, atau cukup mendengar juga bisa
yang penting untuk bekerja

Cara menikmati Kopi :

Satu pantangan yang bisa diterima luas
Jangan sambil makan kue atau roti yang manis
dalam beragama, jangan hanya sekedar untuk pemanis

Ada yang suka menunggu dingin untuk dinikmati
atau menuangnya dalam panas
dalam beramal, ada tersembunyi
atau terbuka buat apa adanya
yang penting semua ikhlas

Selamat Membuat dan Menikmati Kopi Anda!!!

Ilmuku Hanya Satu

ILMUku hanya SATU,

yaitu pengalamanku

==

PENGETAHUANku hanya sebait,

bahkan mengenal diri sendiri saja begitu rumit

PENGALAMANku hanya sekelumit,

bahkan menasehati diri sendiri saja begitu sulit

==

Bukannya aku pelit,

 pada kenyataannya memang tak ada yang bisa didulit

Jangankan menggapi langit,

berjalan di bumi saja sering meninggalkan tumit

==

Bullshit

Mencari Ilmu

Wayah dalu, si Mbah taksih kerso paring pepeling marang putra wayah,

Mangkene pituture :



Ngger putuke :

“ngudi ilmu kuwi kudu saking wetan, karepe yo kawitan

Luru laku kui yo saking badan, karepe yo ukuren salira pribadimu



Lamun ngawiti kudu papan sing iso kok jangkung,

mokal iso gagas, wong tani gawe kulkas

opo biso yakin neng Gusti,

lamun siro ora ngerti kahanan awan lawan bengi?

Opo biso laku sing setahun pisan

nanging bendinane podo kelangan?



Ngger putuku :

wong sing kepengen pinter kudu gelem mbodho

wong sing kepengen prigle kudu gelem pegel











Membangun Keluarga

==

Kepada ISTRImu belajarlah BERSABAR

Kepada SUAMImu belajarlah MEMBERI

Kepada ANAKmu belajarlah INTROSPEKSI

Kepada DIRImu belajarlah MANDIRI

==

Kepada ISTRImu ajarilah BERBICARA

Kepada SUAMImu ajarilah BERCERITA

Kepada ANAKmu ajarilah MEMBACA

Kepada DIRImu ajarilah MENDENGAR

==

Kepada ISTRImu wariskanlah TELADAN

Kepada SUAMImu wariskanlah CATATAN

Kepada ANAKMU wariskanlah NAMA

Kepada DIRImu wariskanlah KEYAKINAN



(Sumber : Kitab Telas, Bab Geguritan, Pasal Mbangun Keluarga)

Keyakinan atas Jarak

Jika seseorang meyakini keberadaan Allah itu jauh, maka sebenarnya dia menegaskan adanya jarak antaranya dan Allah, dengan kata lain dia menuntut dirinya sendiri untuk menemukan sarana yang mendekatkan, dan karenanya dia disibukkan mencari, memilih dan mencoba sarana yang ditemui.

Jika seseorang meyakini keberadaan Allah itu dekat, maka sebenarnya dia sedang menegaskan bahwa antaranya dan Allah tidak ada apa-apa, dengan kata lain dia menuntut dirinya menanggalkan semua yang selain Allah, dan karenanya dia disibukkan untuk mengabaikan, melupakan dan mengacuhkan itu semua.

Jika seseorang meyakini keberadaan Allah itu Jauh juga Dekat, maka sebenarnya dia sedang menegaskan kebingungannya, dengan kata lain dia menuntut dirinya untuk membuktikan, dan karenanya dia disibukkan membongkar, mengulang dan memperjuangkan apa yang ditemui.



Jika seseorang tidak meyakini keberadaan Allah, maka sebenarnya dia sedang menegaskan bahwa dirinya adalah sesuatu, dengan kata lain tidak menuntut dirinya mengusahakan apapun, dan karenanya dia sibuk mempermainkan sesuatu.