Rambut dan Kuku

Mengapa rambut dan kuku diciptakan tak ada darah? saat dipotong tak mengucurkan darah, sebab luka.

Itulah pertanda soal waktu bagi manusia. dengan meotong kuku atau rambut manusia diajarkan tentang suatu masa. Tentang sebuah perubahan dan perkembangan. Meski tak berdarah, berdaging dan bertulang ia tetap tumbuh, karena ia akan mengingatkan manusia akan umurnya.

Tetapi sering kali, manusia tergoda untuk memolesnya atau menghiasnya yang pada akhirnya lupa pada waktu dan usia. Karena tak mau menerima yang sebenarnya.

Maka rawatlah, apalagi di hari Jum'at, jika kita ingat akan usia, maka hari itu adalah hari mulia melakukan kebaikan.

Rahasia dibalik Nama Jawa

Ada pemaknaan lain berkait sebutan atau kata JAWA. Ada yang menyebutnya dari Jewish, ada yg menghubungkan dengan Jwawut, ada pula yang memaknai seperti yang pernah saya uraikan nJAga jiWA. Intinya adalah pada hidup dan keselamatan.
Namun masih ada lagi cara memaknai JAWA didasarkan pada hubungannya dengan neptu hari dan pasaran.

Perlu saya sebutkan bahwa kata Jawa, sebenarnya sebagian dari rangkaian 3 kata, yakni : Jawa, Allah, Sopo. Ringkasnya bahwa orang hidup itu hendaknya Jowo karo Gusti Allah, Sopo gustine sing sejati, sejatine Hyang Agesang.

Kata Jawa, diambil dari pasaran Jum’at Wage (Ju/Ja dan Wa). Jum’at berneptu 6 dan wage berneptu 4, jumlah total 10. Pun demikian dengan Allah diambil dari A (Ahad) lah (Legi), neptunya adalah 5+5=10. Juga Seloso Pon, berneptu 10 (3+7). Simbol angka 10 adalah angka kesempurnaan. Itulah kesempurnaan hidup ketika jowo marang gustine kui sopo sakbenere. Dan tiga hari tersebut adalah 3 hari dengan jumlah neptu 10, dan urutannya selisih 1 hari, Jum’at wage, disusul Ahad legi (setelah melewati sabtu kliwon), kemudian selasa pon (setelah melewati sening pahing). Unik bukan, rangkaian ini???

Dus, kemudian apa yang menjadi tujuan hidup?, maka untuk mencari kesejatian hidup, njawani kepada gusti yang sejati.

Atau anda punya pemahaman lain?

*) disarikreasikan dari tulisan orang di
http://exprawjavalife.blogspot.com/2013/07/sastra-jendra-serat-kalimasada.html

Kembang Ratri

kembang puspo jati ing ratri
tuwuh saking beninge ati
minangka dawuhe gusti
njaga slametiro kaki

tunggal wayah, dawah wanci
titi titenono puspo jati
tan muruk kang nggorohi
arisono galih medar wahyu jati

tinompo menebing pikir
lumah jembare manah
alus lampahe budi
nggegayuh begja bebungah

Asma kang Pinuji

arume asma kang pinuji
dadi aremarem ati
ngeremrem polahing budi
kang eram marang dumadi
merem dumateng sesami
ora lerem ngudi birahi

remen pangalem puji
aluming rahsa ati
nuruti uleme jalmi
tansah mung gelam gelem

Sebutan Kawulo

Sebutan KAWULO...yang kemudian dibiasakan menjadi KULO, sebenarnya menyimpan maksud dan tujuan dalam pendidikan karakter kepribadian. Tidak hanya persoalan itu bahasa halus (kromo) atau biasa (madya). Ketika saya kemudian menyebut diri sendiri, Kawulo, maka dalam hal ini ada konteks, ada persepsi, ada subyek lain yang lebih diunggulkan. Berlanjut, tentu sikap saya akan lebih menghormati kepada subyek tersebut.

Di lain hal, penyebutan diri sebagai Kawulo, tentu menempatkan saya sebagai, seorang hamba, abdi, pelayan bagi subyek lain tersebut. Inilah yang rupanya sering dilupakan. Dari hal ini, kemudian sikap penghormatan menjadi sebuah konsekuensi logis belaka.

Dengan sebutan Kulo, meski itu masih terkesan halus, akan kehilangan makna filosofinya. Kulo kemudian tidak dirujukkan atau diasosiasikan dengan hal lain, berbeda ketika dengan sebutan Kawulo.

Seiring dengan pemilihan sebutan Kulo yang lebih lumrah dan jamak, maka tentu, nilai filosofis yang membentuk karakter sebagai hamba, pelayan akan semakin luntur.

Kulo pun, pada akhirnya digantikan dengan aku, atau ingsun.......

Mengenal Ajaran ke-Aswaja-an dalam Suluk Ngabdul Salam

Manusia itu secara sederhana terdiri dari unsur fisik dan psikis, unsur raga (jisim) dan jiwa. Leluhur orang Jawa sangat peduli menggali filosofi dari keduanya. Hal ini sebagai upaya untuk mengenal diri sendiri, sebagai manusia yang seutuhnya. Kaitannya dengan Tuhan, maka dalam diri manusia ini ada unsur yang keIlahian (jiwa) dan kemanusiaan (raga).

Serat Suluk Ngabdul Salam (kisaran 1913) mencatat apa yang menjadi keyakinan masyarakat waktu itu. Apa yang dijelaskan mengenai dua unsur manusia tersebut menggambarkan adanya perpaduan berbagai ajaran yang berkembang dan sudah diterima dalam masyarakat. Dalam Pupuh VI (Dhandanggulo) disebutkan :

Sun jarwani caritané kaki/ kitab usul ingkang amicara/ tarékat iku arané/ mangarep anapsahu/ wahdat ngaran pra bahu singgih/ sapa wruh ing awaknya/ temen-temen weruh/ marang kang murba misésa/ wiwitané saking asalira kaki/ kang nembelas prakara//

Saya jelaskan ceritanya/ dari kitab asal yang mengatakan/ tarekat itu sebutannya/ di depan nafsunya/ wahdat dinamakan derajat yang mulia/ siapa yang tahu terhadap badannya/ benar-benar tahu/ pada yang menguasai dunia/ asalnya dari diri kamu/ yang enam belas perkara//

16 hal itu dibagi menjadi dua besar, yaitu unsur raga (manusia) berjumlah delapan dan yang jiwa (Ilahi) juga delapan. Demikianlah pembagiannya :

Pertama, unsur raga (manusia), dibagi menjadi dua, dimana keduanya adalah pasangan.
a)    Dari bapak     = 4 (otot, tulang, rambut dan sumsu)
b)    Dari ibu          = 4 (kulit, darah, daging dan organ dalam)

Kedua, unsur jiwa (Ilahiah), dibagi menjadi dua besar, yaitu nyawa/suksma dan nafsu.
1)    Sukma purba : berupa akal nyata— Nafsunya Lawwamah, disebut juga:
a)    jiwa yang awal
b)    Imam hanafi,
c)    Letaknya di utara (ketika menghadap baitullah)
d)    Dewanya Wisnu,
e)    Harinya  wage
f)     Malaikat jibril, malaikat hati
g)    Letaknya di Lisan pintu awal, jika baik asalnya dari jiwa awal, jika buruk dari luwamah (pembantu) hanya makan tidur, sakit hati, marah, kegemarannya mengakibatkan amarah

2)    Sukma langgeng, akal—Nafsunya Amarah, disebut juga :
a)    Iman maliki
b)    Letaknya di sebelah barat ka’bah
c)    Dewanya, Kamajaya, warnanya kuning
d)    Harinya Pon
e)    Disebut malaikat mikail, malaikat air
f)     Pintunya di telinga, yang menerima itu sukma langgeng

3)    Suksma Wasesa : Alam Ingsun, budi, --Nafsunya Sufiyah, disebut juga:
a)    Imam hambali
b)    Sebelah selatan
c)    Berjuluk malaikat israfil, malaikat angin
d)    Pintunya ada di mata

4)    Sukma Luhur : intinya iman sebagai nyawa, darah mani, --Nafsunya Mutmainah, dengan sebutan :
a)    Imam Syafii
b)    Dewanya Mahadewa
c)    Letaknya di Timur
d)    Malaikatnya Izrail, yang menguasai rakyat kecil
e)    Harinya Legi

Jika dicermati, maka ada upaya untuk mengenalkan dan memadukan antara keberadaan Imam Madzhab dalam Fiqih (Aswaja), dengan pengenalan  hari (pasaran) yang sudah berkembang di Jawa, dan pada penanggalan kedewaan dan arah mata angin dan wataknya.

Sebenarnya, masih banyak sekali ajaran dalam Suluk Ngabdul Salam tersebut, namun mengenal diri sendiri yang terdiri dari 16 unsur ini sudah menjadi cukup untuk modal awal menuju insan kamil.