Sedulur Papat Kalimo Pancer (Tulisan II-Habis)

Dalam pembahasan tulisan pertama (silakan baca seri I) maka dalam tulisan ini saya berusaha menguraikan guna dan manfaat dari ajaran tersebut. Terdapat 4 pemahaman dalam ajaran Sedulur Papat Kalimo Pancer, dengan demikian setiap pemahaman tentu akan mengajarkan kepada kita sebuah guna dan manfaat tersendiri.
1) Saudara 4 yang berujuk kepada saudara kelahiran, mengajarkan kepada manusia akan asal-usul kelahirannya yang tidak sendirian. Bahwa kehadiran di dunia ini selalu ada asal usulnya, yaitu dari orang tua, kemudian kakek-nenek, dan berlanjut terus menerus. Manusia tidak boleh lupa asal usulnya yang ini meski dia sudah hidup di belahan dunia lain atau menjadi “seseorang” yang lebih atau kurang dari para leluhurnya. Asal usul genealogis ini akan selalu melekat dalam setiap diri manusia.

2) Saudara 4 sebagai arah mata angin, yang lebih spesifik dalam kalangan mistik Jawa, mengajarkan bahwa dalam proses pencarian kesejatian atau pengenalan diri sejati tidak boleh salah arah, atau bahkan tanpa arah. Arah menjadi penting, apakah seseorang telah menghadap arah yang jelas? Berbagai godaan arah yang sering memutarbalikkan tujuan hidup manusia harus benar-benar dikenali.

3) Saudara 4 sebagai nafsu, maka hal itu mengajarkan kepada manusia akan potensi diri (nafsu) yang bisa mengantarkan kepada kerusakan atau kepada kejayaan. Pengenalan nafsu dalam diri manusia, melekat erat dan berkumpul setiap saat perlu dikenali dan dikendalikan dalam rangka pencapaian derajat kemanusiaan yang mulai.

4) Saudara 4 sebagai malaikat, merupakan ajaran yang mengenalkan kita kepada malaikat (ajaran Islam) yang begitu dekat dengan diri kita, sehingga membuat kita lebih berhati-hati. Kita diajarkan untuk selalu mengingat bahwa rezeki (mikail), hidayah (jibril), kehidupan (isrofil) dan kematian (izroil) itu semua datang dan ditentukan oleh Allah SWT. Sedangkan pancer Nabi Muhammad mengajarkan bahwa pencapain diri kepada derajat tertinggi dalam kehidupan adalah meneladani dan menjadi pengikur Rasulullah SAW. Hidup, baik rizki, mati, hidayah semuanya diarahkan kepada derajat yang mulia....seperti baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Dengan demikian, tentu tidak menjadi ruwet dan ribet ajaran sedulur papat kalimo pancer dan bisa menjadi praktek keseharian dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Namun, jika anda mempunyai kelonggaran dan harapan tentu jauh lebih baik mendoakan kepada apa yang diyakini demi kemuliaan dan kehidupan lebih baik diri sendiri. Seandainya anda yakin bahwa ketuban, ari2 adalah saudara anda, tentu berdoa untuk dia tidak apa-apa bukan? Bukankah itu bagian dari diri kita? Seperti halnya kita mendoakan badan kita supaya sehat....
Wallahu ‘alamu bisshowab.