Meski tidak sesederhana seperti apa yang kutulis, namun ijinkan saya untuk menyederhanakannya sesuai kapasitas dan sudut pandang saya.Tahun 1400an bisa dibilang sebagai masa globalisasi yang lebih masif, dibanding dengan masa-masa sebelumnya. Kegiatan utama masa-masa itu adalah perluasan wilayah jajahan, pengejaran kepada harta dunia dan penguasaan manusia. Itulah gambaran Eropa masa itu. Dipahami bahwa masa yang disebut renaisance itu pada ujungnya adalah pencapaian kemajuan akliyah dan duniawiyah. Pengumbaran hawa nafsu keserakahan subur-suburnya saat itu.
Di belahan bumi lain, kejayaan Islam memasuki masa-masa suramnya. Seiring dengan kolonialisme bangsa Eropa, neger-negeri Islam di Timur Tengah jatuh kepangkuan nafsu mengejar “kemakmuran”.
Namun, di belahan dunia yang tak dikenal banyak orang, bahkan salah sebut, muncul dua konstruksi besar pembangunan sebuah bangsa. Yakni bangsa Nusantara dan Amerika. Bangsa Amerika disebut bangsa India (dikira Hindia), sementara Nusantara disebut Hindia Jauh (Timur). Suku asli Amerika berjuang melawan kolonialisme, meski kemudian jatuh dan “terusir”. Berikutnya, Amerika menjadi bangsa yang menampilkan sosok nafsu Manusia penguasa dunia. Sampai hari ini itu tetap berlanjut. Dengar-dengar saat ini Amerika memasuki masa sulit seperti saat tahun 1940-an (mengalami kehancuran akibat serangan Jepang). Dan perang global seperti pada tahun 1400-an akan muncul lagi.
Sementara di Nusantara, tahun 1400an, tak ada kekuasaan dominan. Yang datang justru para ulama, bukan para pemburu harta karun. Bertahap demi tahap, yang dibangun adalah mental spiritual. Bangsa yang sudah terbagi-bagi dalam wilayah dan kekuasaan kecil-kecil, dibangunsadarkan akan kemanusiaan, mengenal identitas sebagai manusia. Maka hasilnya adalah pada tahun 1940-an bangsa Nusantara bangkit menjadi sebuah Bangsa Kesatuan, Negara Republik Indonesia.
Apa yang ditanam tahun 1400-an di Amerika pada periode 1940-an melahirkan bangsa Amerika yang hancur akibat pengejaran “kemakmuran duniawi”. Lagi-lagi nafsu itu menggejala menunjukkan kebangkitan pengejaran itu dalam wajah baru di era saat ini. Sementara bangsa Nusantara (NKRI) juga memasuki masa gawat, terancam perpecahan, terkotak-kotak.
Apakah bangsa Nusantara akan bangkit seperti di saat 1400-an dulu, dengan cara kembali kepada jatidiri kemanusiaan, melalui ajaran adiluhung para ulama (wali) di Nusantara? Insya Allah dengan kembali menempuh jalan para wali dahulu, bangsa Nusantara akan selamat untuk yang ke sekian kali. Globalisasi, kompetisi, dan perang akan dimenangkan oleh mereka yang bermental kuat (berkeinginan luhur) dan selalu yakin atas Berkah Rahmat Tuhan Yang Mahaesa.