Nasehat Untuk Para Istri (1)

Dalam khasanah budaya Jawa, ada ajaran-ajaran yang disampaikan oleh para pujangga untuk diperhatikan. Meski nasehat itu sudah lama berlalu, sebenarnya banyak nilai yang masih sesuai dan akan selalu menjadi pedoman dalam kehidupan sepanjang masa. Salah satu ajaran tersebut adalah bagaimana membina rumah tangga yang baik. Dalam naskah Serat Wulangreh Putri, karya Pakubuwono X yang awalnya diberikan kepada putri-putrinya, ajaran yang terkandung di dalamnya merupakan ajaran yang luhur dan bisa dipraktekkan oleh siapa saja.

Modal Mencari Suami

Sebelum membangun rumah tangga, tentu pasangan adalah syarat mutlak hadirnya. Bagaimana bisa rumah tangga tanpa ada pasangan? Suami dan istri. Serat Wulangreh mengingatkan kepada para remaja putri tentang landasan dalam pernikahan, dimana pernikahan itu bukan dilandasi akan harta dan rupa. Sebab ketika landasan itu salah, maka selanjutnya akan mengalami kegagalan.

Pratikele wong akrami / dudu brana dudu rupa / amung ati paitane / luput pisan kena pisan / yen gampang luwih gampang / yen angel-angel kelangkung / tan kena tinambak arta // .

Terjemah- Bekal orang menikah, bukan harta bukan pula kecantikan, hanya berbekal hati, sekali gagal, gagallah, jika mudah terasakan amat mudah, jika sulit terasakan amat sulit, uang tidak menjadi andalannya.

Bila seorang perempuan merasa dengan kecantikannya dapat memperoleh laki-laki idamannya, maka itu pertanda tidak baik bagi masa depan rumahnya. Demikian pula jika sebuah pernikahan didorong oleh kecintaan pada harta, maka juga akan gagal selanjutnya. Memang, susah-susah gampang, karena pernikahan adalah menyangkut soal hati, maka modal yang paling utama adalah hati. Dalam hal ini, baik laki-laki maupun perempuan harus menempatkan unsur kehati-hatian dalam mengawali rumah tangga. Tidak sekedar menuruti hawa nafsu belaka.

Berhati-Hati Modal Berumah Tangga

Jika, modal awal ada kehati-hatian, dan kepekaan hati yang jernih menjadi modal pernikahan, tidak otomatis akan memuluskan semuanya. Masih banyak duri dan godaan dalam menjalani biduk rumah tangga.  Hati-hati menjaga diri, hati-hati menjaga wibawa suami, hati-hati menghindari dosa dalam rumah tangga harus terus menerus dilakukan, sebab jika tidak berhati-hati maka seperti dalam bait berikut :

Wong lali rehing akrami / wong kurang titi agesang / Wus wenang ingaran pedhot / titi iku katemenan / tumancep aneng manah / yen wis ilang temenipun / ilang namaning akrama //

Terjemahan- Orang yang lupa aturan berumahtangga, orang yang kurang berhati-hati dalam hidupnya, dapat dikatakan sudah rusak, teliti itu artinya bersungguh-sungguh, meresap dalam hati, jika sudah hilang ketelitiannya, hilang nama baik berumah tangga.

Kerusakan rumah tangga bukan ketika sudah terjadi perceraian, tetapi jauh sebelum itu terjadi, ketika hilangnya aturan berumah tangga yang dipakai, sebenarnya rumah tangga itu sudah rusak.

Bahkan seandainya saja seorang istri terpaksa dimadupun, harus tetap berpegang teguh pada kehati-hatian (- nasehat kepada putri raja, poligami itu hal biasa kala itu). Tidak boleh ada rasa iri, hasud dan dengki kepada madu lainnya. Kerendahan hati yang timbul karena sikap kehati-hatian dan kesadaran akan Sang Pencipta akan menyelematkan dirinya dalam berumah tangga. Bahkan andai saja para madu itu berniat jahat, tak akan mampu dan terlaksana.

en bisa sira susupi / tan kena ginawe ala / yen kalakon andhap asor / yen marumu duwe cipta /ala yekti tan teka / andhap asorira iku / kang rumeksa badanira //

Terjemahan-Jika bisa engkau mengerti, tidak dapat dibuat jelek, jika berbuat rendah hati, jika madumu mempunyai niat jelek, pasti tidak akan terlaksana, sebab sikapmu yang rendah hati, yang telah bersemayam dalam badanmu.

Dengan demikian, betapa jelasnya bahwa kehati-hatian dalam rumah tangga adalah modal utama dan sangat berharga. Namun banyak para istri tidak menyadarinya. Demikian pula para suami, juga banyak lupa hal itu. Andai saja, baik para suami dan istri selalu memegang teguh prinsip kehati-hatian, tentu banyak rumah tangga bisa mencapai kebahagiaan lahir dan batin