Wahai Istri, belajarlah dari Jemarimu (Nasehat 2)

Tulisan ini merupakan beberapa nasehat yang diambil dari Serat “Wulang Reh Putri” anggitanipun Sri Susuhunan Paku Buwono X. Jika pada tulisan pertama (Baca selengkapnya ) menyinggung soal dasar-dasar berumah tangga, nasehat berikutnya yang saya ambil adalah mengenai perlambang/isyarat dari jari (lima jari) sebagai bentuk nasehat kepada para istri.

Lawan ana kojah ingsun / saking eyangira swargi / pawestri iku elinga / lamun ginawan dariji / lilima punika ana / arane sawiji-wiji //
Jajempol ingkang rumuhun / panuduh ingkang ping kalih / panunggul kang kaping tiga / kaping pat dariji manis / kaping gangsale punika / ing wekasan pan jajenthik //

(Terjemah : dan ada pesan, dari mendiang kakekmu, ingatlah bahwa perempuan itu, dibekali jari, kelimanya itu ada, apabila dirinci mempunyai arti)
(Terjemah : Ibu jari yang pertama, telunjuk yang kedua, jari tengah yang ketiga, keempat jari manis, yang kelima itu, yang terakhir adalah kelingking)

Ingatlah bahwa perempuan itu dibekali kelima jari. Dimana ibu jari sebagai perlambang akan keteguhan hati. Dalam menjalankan ketaatan kepada suami haruslah sepenuh hati, buka karena harta atau karena ingin mendapat pujian. Sebab ketaatan kepada suami laksana ketaatan kepada Allah swt.

Yang kedua adalah telunjuk, adalah isyarat jangan suka menunjuk (orang lain) ketika diperintah oleh suami. Tunjukkanlah ketaatan dalam bentuk bersegera dalam menjalankan perintah.

Ketiga adalah jari tengah. Jadikanlah suami itu pengikat, pengikat keseluruhan rumah tangga. Tak ada kepemimpinan selain dia, dan dialah yang menyatukan itu semua. Junjunglah wibawa suami, meski berpenghasilan sedikit.

Keempat adalah jari manis, maka :

Marmane sira punika / ginawan dariji manis / dipun manis ulatira / yen ana karsaning laki / apa dene yen angucap / ing wacana kudu manis //

Buatlah manis roman mukamu di hadapan suami, jika bicara bertuturlah yang baik. Jika sedang kesal hati, maka buanglah di saat seperti itu.

Terakhir adalah kelingking, “jenthik”, terampillah dalam melayani suami, meski itu sedikit-sedikit (sa-ithik), lakukanlah dengan cepat namun halus, jangan cepat namun kasar, tergesa-gesa dan tidak tenang. Jika kasar dan tergesa-gesa, sebenarnya itu tercela, karena menunjukkan amarah.

Itulah nasehat buar para istri dalam melayani suami. Namun lima jari tersebut dapat juga dijadikan pelajaran buat para suami, bahwa sebagai ibu jari, dia harus kokoh. Dengan telunjuk, maka seorang suami harus pandai-pandai dalam memerintah dan tidak mudah menyalahkan istri. Dengan jari tengah, maka seorang suami harus mampu menjadi penyeimbang, segala persoalan dan kepentingan dalam rumah tangga. Ketika harus berhadapan antara kepentingan keluarga suami atau istri, suami harus bijaksana. Jari manis, bagaimanpun seorang suami harus mampu menunjukkan kasih sayang bagi istrinya. Dan terakhir, kelingking, sebagai suami tidak boleh menganggap remeh segala persoalan meski itu adalah persoalan sepele.

Wallahu ‘Alamu Bish-showab