PKS dan NU

Partai politik didirikan dalam rangka kontestasi memperebutkan kekuasaan. Pemenangnya adalah mereka yang meraup suara dukungan terbesar. Untuk itu manuver ataupun pencitraan menjadi sangat wajar dan masuk akal. Bahkan jika perlu secara bertahap ideologi partai juga dimodifikasi. Semua dalam rangka get votes.

Apa yang dilakukan oleh Presiden PKS Anis Matta bisa dipahami dalam kerangka demikian. Sebelum dia, Lutfi Hasan Ishak sudah melakukan berbagai upaya pendekatan kepada kelompok nahdliyin di Jawa Timur. Pasang iklan PKS di TV9 adalah sebuah buktinya. Demikian pula safarinya bertemu dengan para kyai. Seolah-olah urusan dogma paham kegamaan tergantikan oleh kepentingan politik. Itupun diikuti oleh beberapa keputusan soal amaliyah diniyah yang sebisa mungkin tidak langsung vis a vis berbenturan dengan warga NU.

Ini menjadi sinyalemen bahwa warga NU, apakah berkartanu atau tidak. Apakah yang berbau kejawen atau murni santri menjadi sasaran empuk bagi sejumlah partai politik. Banyak pihak yang sudah menduga, bahwa pada pemilu yang akan datang partai yang benar-benar mewakili warga NU sudah tidak kokoh lagi.

Dengan banyak partai baru bermunculan, maka semakin luas dan banyak pilihan bagi warga NU. Tapi apakah kemudian berbondong-bondong ke PKS, itu tentu tidak mudah. Bukankah masih banyak warga NU yang ragu akan ketulusan manuver PKS?

Tetapi, berbicara ikhlas atau tulus dalam urusan politik kok gimana gitu....rasanya.

Salam sruput.....kopi encer