Sebutan Kawulo

Sebutan KAWULO...yang kemudian dibiasakan menjadi KULO, sebenarnya menyimpan maksud dan tujuan dalam pendidikan karakter kepribadian. Tidak hanya persoalan itu bahasa halus (kromo) atau biasa (madya). Ketika saya kemudian menyebut diri sendiri, Kawulo, maka dalam hal ini ada konteks, ada persepsi, ada subyek lain yang lebih diunggulkan. Berlanjut, tentu sikap saya akan lebih menghormati kepada subyek tersebut.

Di lain hal, penyebutan diri sebagai Kawulo, tentu menempatkan saya sebagai, seorang hamba, abdi, pelayan bagi subyek lain tersebut. Inilah yang rupanya sering dilupakan. Dari hal ini, kemudian sikap penghormatan menjadi sebuah konsekuensi logis belaka.

Dengan sebutan Kulo, meski itu masih terkesan halus, akan kehilangan makna filosofinya. Kulo kemudian tidak dirujukkan atau diasosiasikan dengan hal lain, berbeda ketika dengan sebutan Kawulo.

Seiring dengan pemilihan sebutan Kulo yang lebih lumrah dan jamak, maka tentu, nilai filosofis yang membentuk karakter sebagai hamba, pelayan akan semakin luntur.

Kulo pun, pada akhirnya digantikan dengan aku, atau ingsun.......