اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَافِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَالنَّارِ
Artinya :
Wahai Tuhanku Berkahilah rizqi yang telah Engkau Limpahkan kepada “kami” dan peliharalah “kami” dari siksa neraka.
Do’a di atas sudah kita kenal sejak kecil. Bahkan anak-anak sekarang yang sekolah di Taman Kanak-Kanak atau Taman Pendidikan Al Qur’an sudah mengenalnya dan menghafal di luar kepala. Seringkali do’a ini diajarkan kepada kita agar rezeki, dalam hal ini spesifik makanan dan minuman yang sedang dihadapan dan akan disantap agar diberi berkah oleh Allah.
Namun, dibalik pemilihan kata kami, mengandung unsur pelaku jamak. Kita bisa memahami itu jika do’a itu dilafalkan ketika akan makan bersama dengan orang lain atau anggota keluarga lainnya. Penggunaan kata “kami” tetap saja dilafalkan, meski yang berdo’a adalah hanya seorang saja. Berkah yang diharapkan tetap untuk “kami”. Dalam konteks ini, kata “kami” bisa diperluas kepada siapa saja, pihak yang sudah terlibat dan andil dalam tersajinya makanan dan minuman sampai dihadapan kita.
Mereka, bisa mulai para petani yang menanam padi, sayur, kedelai dan sebagainya. Kepada para penjual, para importer, para pedagang keliling, juru masak, pembantu dan sebagainya. Selama proses dari hulu sampai hilir (tersajikan), melalui proses jual beli, dimana ada rezeki yang diperoleh mereka semua.
Maka, do’a yang kita lafalkan adalah bentuk dari rasa syukur dan terima kasih kita kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam proses tersebut di atas. Selanjutnya kita juga memohonkan berkah atas rezeki yang sudah mereka terima, termasuk makanan dan minuman yang akan kita santap itu sendiri. Di saat krisis pangan, seperti tingginya harga daging sapi, mahalnya harga bawang merah dan putih atau produk-produk konsumtif lainnya, tentu ada beberapa pihak yang menerima rezeki yang kurang menguntungkan. Dengan do’a itu pula kita menunjukkan simpati, mendo’akan untuk tetap berkah, meski rezeki yang diperoleh tidak menyenangkan.
Bahkan tidak hanya rezeki yang diterima agar berkah, tetapi semoga dihindarkan dari siksa api neraka. Tentu ini do’a yang jauh lebih khusus dan jangka panjang. Keselamatan kelak di akhirat kita juga panjatkan. Persoalan kemudian, pihak-pihak yang terlibat ternyata berbeda agama, tentu Allah Maha Mengatahui dan Adil untuk menujukan dan mengabulkan do’a yang kita ucap. Paling tidak, apa yang kita lakukan adalah bentuk solidaritas dan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini bisa jadi jauh dari kehidupan kita, tetapi punya andil besar untuk kehidupan kita. Daripada hanya berteori dan berbusa bahasa untuk membahas nasib para petani, dengan do’a yang kita ucapkan ketika akan makan, kita sudah turut andil dalam problem krisis pangan yang sedang dan akan terjadi.
Wallahu 'Alamu Bishshowan