MENOLAK ANUGRAH : KISAH DARI MAHABARATA

Perang di kurusetra, perang antara keturunan Baratha usai sudah. Parikesit telah dinobatkan menjadi raja di Hastinapura. Maka, Krisna pun harus kembali ke Dwaraka, kerajaannya. Dalam perjalanannya ia bertemu Rsi Utanga. Sebagai kawan lama Krisna mengisahkan Barathayudha. Namun, Rsi Utanga rupanya tak mengetahui kabar berita tersebut. Ia marah-marah kepada Krisna, karena sebagai orang yang wicaksana membiarkan itu semua terjadi. Pada saat itulah Krisna membuka jati dirinya. Sebagai manusia dia harus menjalankan takdirnya, dengan batas-batas kemampuan yang dimilikinya untuk mencegah Barathayudha. Itulah akhrinya yang menyadarkan Rsi Utanga bahwa semua wujud diri punya peran dan tugas masing-masing dalam kapasitas diri tersebut.

Sebagai hadiah perjumpaan mereka, Krisna memberikan hadiah kepada Utanga. Tidak hadiah harta atau kekuasaan atau kesaktian yang diminta. Utanga hanya meminta mantra agar dia bisa mendapatkan air untuk minum  di saat haus. Benarlah, suatu ketika di saat Rsi Utanga kehausan dan tidak menemukan sedikitpun air, datanglah seseorang berpenampilan kumal dan berbaju kotor membawa sekantung air. Ia menawarkan air tersebut kepada Utanga, karena sebelumnya Utanga mengucap mantra yang diberikan Krisna. Namun lagi-lagi, Utanga yang mudah menilai tanpa berpikir masak menolak pemberian air. Dia menilai tak pantas menerima air dari seorang gembel. Meski beberapa kali ditawari dengan agak memaksa, Utanga tetap teguh pada pendiriannya, “tidak pantas menerima air dari gembel”. Lenyaplah si gembel, barulah Utanga mulai berpikir, merenung atas kejadian tersebut.

Datanglah Krisna menemui Utanga. “Air yang dibawa oleh orang gembel tersebut sebenarnya adalah air kehidupan, yang bisa membuat abadi bagi siapa yang meminumnya. Dan ketahuilah, saat engkau mengucap mantra aku memerintah Indra untuk memberikan air abadi tersebut untuk diberikan kepadamu. Si gembel itu adalah Indra yang menyamar untuk memberikannya kepadamu, meski awalnya dia menolak karena air itu hanya untuk para dewa”.

Mendengar penjelesan itu, Utanga menyesal atas ketololannya. Begitu mudah dia menilai keadaan. Di saat diceritakan Barathayudha, dia juga mudah marah, padahal tidak tahu duduk perkaranya. Demikian pula, hanya gara-gara diberi air oleh gembel dia menolak, padahal dia sendiri yang meminta air dengan mantra yang diajarkan Krisna.

Lantas, sebenarnya apa sih maunya? Mungkin kita sering melakukan ketololan itu, seperti yang dilakukan Utanga.

Sumber : Mahabarata