Sudah lama Mbah Lalar tidak bertemu dengan Kang Bangkak. Mungkin sedang menjalankan ibadah haji. Tak berapa lama, Mbah Lalar menemui kerumunan, dan ternyata Kang Bangkak sedang berpidato di dalamnya :
Kang Bangkak : “Saudara-saudara, negeri ini jelas-jelas tidak sesuai syariat. Demokrasi menjadi sistem pemerintahannya, bukankah harusnya hukum Allah? Bukankah harusnya syariat islam? Bukankah harusnya khilafah? Saudara-saudara...!!!
Mbah lalar tercenung, dan membatin “ternyata Kang Bangkak sudah menjadi orator ulung. Selama ini menghilang dia menggembleng diri dalam orasi.
Kang Bangkak : “oleh karena itu saudara-saudara.... kita harus rubah sistem demokrasi yang merupakan sistemnya toghut. Haram hukumnya memakainya, apalagi kita jadikan sistem kenegaraan kita. Tegakkan syariat...tegakkan khilafah... Allahu Akbar...Allahu Akbar......
Kang Bangkak masih melanjutkan : “saat ini banyak dilakukan pemilihan kepala daerah... maka kita harus merebut itu semuanya, kita menangkan kader-kader kita agar bisa menjadi gubernur, bupati dan walikota. Tidak bisa tidak, kita harus menang jika kita ingin khilfah tegak di negeri ini....Allahu Akbar.... Allahu Akbar....”
Tiba-tiba Mbah Lalar geram dan berteriak : “Hidup demokrasi...hidup demokrasi.... berikan suara anda melalui pilihan langsung.... hidup demokrasi...hidup demokrasi....!!!
Kang Bangkak kaget melihat aksi mbah lalar... dia diam dan tercenung... bergumam “hmmmm .... demokrasi memberi peluang untuk tegakknya khilafah.....demokrasi, demokrasi...... hidup.....!”