Di awal tahun 90-an, saya adalah termasuk mahasiswa yang turut serta demo menolak pembredelan majalah TEMPO, karena memuat persoalan pembelian alat tentara. Begitu gigihnya, hingga harus rela menjadi sasaran target dari aparat intelejen, bahkan harus rela di black list dari daftar penerima beasiswa super semar di kampus.
Itu dulu, TEMPO menjadi media simbol perlawanan terhadap rejim orba yang otoritarian. Dia waktu itu mampu menjadi pilar keempat demokrasi yang memadai. Namun saat ini, acara pembredelan yang sudah tidak ngetrend, TEMPO memuat berita soal algojo 1965, dan fokusnya adalah Anshor dan NU. Jika itu hanya urusan pribadi, "kok kurang ajarnya dirimu dulu yang kubela". Jaman sudah berubah, saya melihat TEMPO bukan sebagai pilar keempat demokrasi, sebab 3 pilar lainnya juga sudah mending berjalan ketimbang dahulu.
Berangkat dari teori umum komunikasi, selalu saja agenda setting yang bisa jadi itu hidden (tersembunyi) atau sudah jamak lumar di ketahui publik. Jika itu agendanya adalah kapitalisme TEMPO sendiri, maka anda bisa mencari berapa jumlah oplahnya saat ini, apakah masih menjanjikan bagi sebuah perusahaan besar? Namun sumber kapital tidak hanya dari itu, banyak pihak tentu berani membayar mahal untuk beberapa halaman, apakah utk kepentingan bisnis, promosi atau bahkan politik.
Pertanyaan berikutnya yang bisa diajukan adalah : Siapa yang akan dapat keuntungan dari isu yang diberitakan? tentu banyak sekali yang bisa dieksplor. Tetapi momentum 2012 adalah dapat dikaitkan dengan suksesi 2014. Apa masih lama? Oh tentu tidak, 2 tahun itu waktu mepet untuk menggelindingkan, menggiring dan menembak ke gawang dan GOL........ maka dengan jatuhnya citra NU, maka peluang untuk menjadi orang nomor 1, diharapkan akan semakin sulit, apalagi jika isu itu kemudian sampai internasional. Maka kesimpulan sederhana adalah umat Islam Indonesia adalah kejam, bahkan melebihi kekejaman teroris selama ini........ So.... perlu diganti dengan Islam yang tidak kejam... yang murni..... kira-kira begitu....
Wallahu 'alamu bishshowab