Marxisme mengajarkan dan meyakinkan bahwa materi adalah penentu sejarah dan peradaban manusia. Perilaku manusia, bahkan ide(ologi)nya ditentukan olehnya. Begitulah, sejarah, ketika dulu manusia hanya mengenal cangkul, garu dan luku. Ketika ditemukan mesin uap oleh James Watt, maka moda transportasi berubah. Pun cara bekerja, sudah menggunakan mesin. Maka lahirlah revolusi industri, menumbuhkan ideologi kapitalisme, sosialisme, komunisme dan isme-isme lainnya.
Perilaku dan cara berpikir orang kaya harta tentu berbeda dibandingkan dengan orang miskin, ya karena materi yang ada pada mereka. Bahkan, konsepsi Tuhan pun digantungkan pada materi, pada teks kitab suci belaka dalam rupa tulisan. Dalam pengertian ini, harus jujur diakui, bahwa kita selama ini sudah menjadi pengikut Marxisme yang sesungguhnya tanpa disadari.
Dalam khazanah budaya Jawa, dikenal wangsit, pulung, neptu atau sejenisnya yang bukan materi dalam menentukan banyak hal. Bagaimana Soekarno memilih 17 Agustus 1945, Hari Jumat sebagai hari kemerdekaan, padahal dari sisi materi obyektif, tidak ada alasan mengulur waktu. Pun Gus Dur, banyak kisah bagaimana beliau menerima perintah dari para leluhurnya dalam menentukan tindakan politik dan lainnya.
Itu adalah bentuk kearifan lokal yang ternyata tidak sejalan dengan ide Marxisme. Bagi orang-orang semacam Soekarno atau Gus Dur, yang sudah memahami betul apa itu Marxisme, dalam tindakan sudah membuktikan bahwa mereka mampu mengatasi dan melawan marxisme dengan cara-cara arif lokal keIndonesiaan.
Salam Merdeka....!!!