Sumpah Pemuda : Kesadaran Bersama

Kebangsaan dibangun atas “kesadaran bersama atas keberbedaan”. Hanya ada satu kesamaan dalam hal ini, yaitu “kesadaran”. Sementara perbedaan demikianlah komplek dan banyak. Apalagi dunia saat ini sudah digoncang revolusi digital, dimana setiap orang bisa mengakses berbagai informasi dan pengetahuan  dari manapun, di manapun dan kapanpun.

Dahulu, para pemuda deklarator Sumpah Pemuda sebelum mendeklarasikan kesatuan kebangsaan, mereka demikian kuat kesadaran akan kesamaan, ada Jong Java, Jong Selebes, Jong Borne dan bermacam-macam. Kesadaran kesamaan itu akhirnya berubah dan berbuah kesadaraan bersama akan keberbedaan, kesadaran bersama itulah yang mereka sebut sebagai Bangsa Indonesia.

Dunia yang semakin menyatu ini mendesak kita untuk menjadi sebuah keluarga, padahal kita hanya saudara. Seperti Naisbit nyatakan, bahwa globalisasi pada akhirnya akan menumbuhkan identitas spasial, seperti tradisi, etnis, kelompok dan sepsifikasi lainnya. Cakra Manggilingan orang menyebutnya, dimana perputaran sejarah itu terjadi, dimana identitas-identitas berbeda tersebut muncul demikian kuat.

Bangsa yang pada era awal abad 20 menjadi identitas yang dibangun atas keberbedaan, kemudian berubah menjadi kesadaran bersatu dalam dunia, maka akhirnya melahirkan keberbedaan kembali, bahkan jauh lebih komplek. Tidak sekedar etnik, tapi seluruh komponen identitas bercampur menjadi satu.

Keberlangsungan Bangsa Indonesia dengan demikian, memasuki babak baru “seperti” sebelum Sumpah Pemuda, kesadaran akan kesamaan. Oleh karena, apakah bangsa Indonesia akan tetap utuh atau tidak sangat bergantung “kesadaran bersama” itu. Sebab keberbedaan sudah jelas adanya.

Pertanyaannya kemudian adalah, “Apakah saya, anda atau mereka saat ini masih sadar?”, Jika sadar, “Apakah mempunyai kesadaran yang sama?” Sebab saat ini banyak ilmu sihir yang jauh lebih canggih yang membuat orang sadar dalam jumlah massiv. Sihir itu bisa melupakan orang-orang, dimana ia sedang berada. Tragisnya, Sihir itu tidak dianggap sihir........

Wallahu ‘Alamu Bishshowab

 

 

Menyambut Harlah Warkop dan Sumpah Pemuda