GETAR KHILAFAH CETAR MEMBAHANAH

Gaung Khilafah terdengar nyaring kembali. Ini tidak terlepas dari perkembangan di Suriah yang diyakini semakin memperkuat kelompok oposisi yang berusaha menggulingkan Bashar Assad.

Mungkin anda akan menjawab : “Ah, itu tidak mungkin terjadi. Lantas siapa yang akan menjadi Khalifah? Apakah mereka bersedia menerima satu sama lain? Tidak semuanya mempunyai pandangan demikian. Belum lagi negara/kerajaan yang selama ini menjadi pendukung perlawanan mereka apa mau tunduk di bawah khilafah tersebut?”

Oke. Khilafah memang satu bendera, satu kedaulatan politik, bisa satu negara. Tetapi untuk mewujudkan model khilafah seperti sebelumnya tidak mudah untuk zaman saat ini, karena adanya negara-negara atau kerajaan yang tidak begitu saja menyerahkan kedaulatannya. Tetapi atas nama Khilafah ala minhajinnubuwah, model khilafah yang ditawarkan bisa semacam perserikatan tetapi dengan adanya kekuasaan tertinggi, bisa jadi kekuasaan FATWA AGAMA. Ini semacam Vatikan, tetapi dengan kekuatan memaksa yang lebih kuat, karena fatwa dari khilafah tersebut mengikat seluruh muslim di dunia, di berbagai negara muslim dunia. Ini menembus batas negara, meski tanpa meleburkan negara menjadi satu.

Maka menjadi sangat logis, jika kemudian Suriah dijadikan tempat yang layak untuk berdirinya khilafah, karena mereka berpegang ““Idza fasada Ahlu as-Syam la khai ra fikum”. (1). Ini semakin menemukan titik berkelindan yang terang ketika ada upaya-upaya untuk menguasai Al Azhar (2). Semua orang tahu bahwa Al Azhar dapat dikatakan sebagai pusat ilmu pengetahuan dan fatwa yang dikeluarkan didengar oleh umat Islam di dunia. Apalagi di negeri kita ini, NU menjadi sasaran tembak terus menerus. Awalnya dicoba untuk menarik simpati bahwa NU termasuk pengusung khilafah. Namun, lama-lama diserang habis-habisan, karena NU tidak ada niat untuk itu. Di Indonesia yang penduduk muslimnya besar menjadi garapan utama dalam rangka pendirian khilafah ini, maka muktamar khilafah nanti akan menjadi bukti yang dapat disiarkan ke seluruh dunia, bahwa Indonesia juga siap menerima khilafah yang akan berdiri di Suriah. Klop sudah.

Tapi apakah ini akan berjalan mulus? Bagi mereka tegaknya Panji Hitam “Laa ilaaha illallah” sudah demikian jelas dan yakin akan bisa berdiri. Tentu banyak pihak yang mencurigai akan membahayakan stabilitas dunia. Bagi AS, China utamanya ini akan menjadi kekuatan tanding bagi mereka. Dan tentu mereka tidak mudah rela. Tetapi, di sisi lain, dengan kesibukan umat Islam mendirikan khilafah, Israel diam-diam melancarkan aksinya untuk semakin mengokohkan Israel Raya. Jadi kelak bisa sama-sama muncul khilafah, Israel Raya, ditambah lagi Imamah Syiah di area yang tak berjauhan.

Bagaimana dengan Indonesia? Semuanya tergantung warga Indonesia sendiri. Termasuk saya dan anda.

Wallahu 'alamu bishshowab

(1) Analisa Politik Islam : Jika Khilafah Berdiri di Suriah, Detik Islam

(2) http://www.mosleminfo.com/dr-ahmad-karimah-ikhwan-dan-salafi-berusaha-tutup-al-azhar-wawancara-eksklusif/