Ini adalah nasehat dari Raden Kertawibawa dari Tulung Agung :
MANGAN ENAK LAN TURU KEPENAK
Alangkah bahagianya, jika ada orang yang bisa makan enak dan tidur nyenyak. Namun alangkah jeleknya jika ada orang yang hanya makan dan tidur. Makan bisa enak itu bukan sebab harganya, banyaknya bumbu, atau anehnya pengolahan dan bukan sebab banyaknya yang masuk ke perut. Tetapi sebab cukupnya gizi/zat yang dibutuhkan raga dan laparnya perut (sarine kang mathuk lan luwene waduk). Makanan itu bisa membawa watak baik dan buruk. Pertanda jika makanan berpengaruh pada watak adalah ketika seseorang ditengah makannya menggigit kerikil, atau tak sengaja menggigit cabe yang pedas tentu bikin marah, terkadang bisa marah seharian. Minum arak sedikit saja bisa menimbulkan pertengkaran. Jadi yang dibutuhkan raga itu jika tak serakah bisa baik. Meski minum dawet yang murah bisa membuat tersenyum, anak gembala yang makan kedele bisa rukun, guyon dan akrab.
Tidur itu mengistirahatakan otak yang bekerja keras seharian dan bisa menguras energi dan asupan gizi makanan. Tidur dan makan itu kebutuhan hidup tapi tidak perlu melebih batas cukup yang sudah terasa nikmat. Makan bisa menjaga raga, dan tidur itu bisa mengembalikan energi. Nikmatnya tidur itu jika mengantuk. Tidur yang lama tidak menghasilkan energi besar, malah bisa membuat bebal dan bikin badan tidak enak. Tidur itu datang sendiri, tak bisa diundang. Jika belum mengantuk, meski dipaksa tidak bisa tidur. Orang bisa memastikan dimana ia tidur, tetapi tidak bisa memastikan saatnya tidur, saat “sek’e” tidur, itu semua pertanda bahwa tidur adalah istirahatnya pancaindra. Siapa berani bertaruh bisa tidur persis pada pukul 21.00 WIB?
Makan dan tidur itu bukan hutang piutang. Seandainya mau nonton wayang lima hari, tidak bisa dikebut tidur tiga hari sebelumnya. Begitu pula yang mau berpuasa, sebelumnya makan banyak sekali tetap saja tidak bisa menghalangi rasa lapar. Jika demikian, makan dan tidur itu ibarat berhenti, maka akan datang sendiri, sebelum datang akan ada tanda-tandanya, tak bisa dibuat-buat, maka manusia tidak wajib berhenti (bersengaja tidur, makan) jika belum beraktivitas. Jangan makan tidur saja.
Dinukil dari “Gagasan Prakara Tindaking Ngaurip”, ditulis oleh Raden Kertawibawa, Tahun 1921.