Siapa itu Leluhur?

Kata Leluhur (=Jawa) merupakan kata “Dwipurwa” yang berasal dari kata “lingga” (dasar) “LUHUR”, maksudnya suku kata awal (LU) doble/ganda sehingga bentuknya menjadi LULUHUR dan berubah ucapan LELUHUR. Arti kata LUHUR adalah atas. Namun dalam penggunaanya, bisa diartikan dengan “Utama, Penting, dan Baik”. Misalnya : Budi Pekerti Luhur yang diartikan dengan budi pekerti yang utama/baik.

Kemudian, bentuk LELUHUR diartikan “Yang Di atas-atas”. Dalam bentuk Dwipurwa ini sudah mengarah kepada pengertian tertentu, yaitu “yang di atas”, kemudian menjadi istilah orang tua dan seterusnya (ke atas) yang menurunkan diri kita.

Setiap diri kita mempunyai leluhur, yang dekat itu bapak dan ibu. Bapak dan ibu kita juga punya bapak dan ibu. Demikianlah seterusnya, merekalah itu para LELUHUR.

Yang sudah menikah mempunyai istri dan mempunyai orang tua berjumlah empat (4). Mereka mempunyai orang tua delapan (8) yang disebut SiMbah atau Eyang. Eyang yang 8 mempunyai orang tua 16, yang disebut Buyut. Orang tuanya buyut berjumlah 32 yang disebut Canggah. Leluhur selanjutnya disebut Wareng yang berjumlah 64. Kemudian Udeng-udeng berjumlah 128. Kemudian atasnya lagi disebut Gantung Siwur berjumlah 256. Berlanjut disebut Gropak Senthe berjumlah 512, kemudian Kandang Bubrah berjumlah 1024. Atasnya lagi disebut Debok Bosok berjumlah 2048. Demikianlah seterusnya yang disebut Leluhur dalam konsep masyarakat Jawa.

Andai saja anda punya istri 4, maka tentu semakin banyak leluhur dalam diri anda. Tanpa keberadaan mereka kita tidak akan eksis di dunia ini. Maka sudah layaknyalah kita Meluhurkan para leluhur, atau nywargakne para leluhur. Jangan sampai, kita ini kehilangan uceng/sumbu tak tahu asal usul diri kita.