Kali ini Cantrik sama Murid agak sedikit bersitegang :
Murid : “Trik, janganlah kau taklid buta kepada kyai...?”
Cantrik : “loh, memang kenapa? Tidak boleh ya?”
Murid : “Tidak boleh itu, nanti amalanmu jadi sesat. Ikutilah Nabi, dan rujuklah Al Qur’an dan Sunnah”
Cantrik : “kamu sendiri bagaimana?”
Murid : “Aku selalu merujuk kepada Qur’an dan Hadits Nabi” (Sambil menunjukkan beberapa kitab).
Cantrik : “Lah..kamu malah mengikuti kitab. Sama saja kan. Bedanya aku sama orang kamu sama kitab rujukannya”
Murid : “beda donk. Ini kitab-kitab sudah sohih, valid sebagai rujukan”.
Cantrik : “Memang yang nulis kitab-kitab itu siapa?...Nabi sendiri? Atau sahabat?”
Murid : “Ya..ndak lah..para ulama yang mengikuti nabi dan salafus solih...”
Cantrik : “kalau begitu ya sama saja....sama-sama kepada manusia. Situ kamu sebut ulama, saya sebut kyai...”
Murid : “tetap beda....ulama yang menulis ini benar-benar menempuh ijtihad dalam menulis kitab...”
Cantrik : “lha apa kamu kira, para kyai itu dak bisa baca kitab apa? Tidak berguru pada ulama? Tidak mengkaji naskah-naskah para mujtahid apa?....”
Murid : “tetap beda....kalau kitab ini sudah disahihkan.....”
Cantrik : “disohihkan sama Nabi?...kalau YA saya mau ikut.....maunya kamu kan aku pindah ngikuti ulama mu to?......gitu aja kok mbulet kayak susur....”
Murid : ............%$%$&^#?!&