Membid'ahkan dan Mengkafirkan

Kali ini debat si Cantrik dengan si Murid lebih serius dan tegang :



Murid : “Trik....kamu ini benar-benar bebal kok. Sudah dibilangin mulidan itu bid’ah dan sesat. Kok masih ngeyel. “



Cantrik : “lah..memang kenapa? Kan memang beda pendapat kita. Antum menilai maulidan itu bid’ah. Dan saya menganggapnya bid’ah hasanah. Memang sih...sama-sama bid’ah. Cuma saya membedakan adanya bid’ah yang baik dan dibolehkan”.



Murid : “semua bid’ah itu sesat, dan sesat pasti neraka. Semua amalan bid’ah itu tertolak....percuma jadi orang Islam.



Cantrik : “wah....berarti sama dengan orang kafir donk saya. Tempatnya udah jelas di neraka. Dan semua amal saya tertolak..”



Murid : “ah...ya tidak begitu....antum tetap muslim kok. Asal tidak syirik ya tidak kafir. Orang kafir itu kekal dalam neraka...”



Cantrik : “kok bisa begitu????”



Murid : “kafir itu kekal di neraka, sementara ahlu bid’ah tidak kekal. “

Cantrik : “terus kapan keluar dari neraka???”

Murid : “Ya nunggu dulu....”



Cantrik : “Nunggu siapa?...nunggu kamu? Memang surga punya mu apa? Kok kamu yang nentuin?....apa nunggu stempel sohih dari syechmu?.......”



Murid : “bukan begitu...nunggu keputusan Allah.....”

Cantrik : “ya berarti kita sama-sama nunggu......tapi kamu sudah memvonis kalau maulidan itu sesat dan masuk neraka?”

Murid : “itu kan sesuai dengan sabda nabi.....”

Cantrik : “memang nabi mengatakan kalau maulidan itu bid’ah?”



Murid : “ya bukan...menurut ulama yang mengikuti manhaj salafus solih...maulidan itu bid’ah... ya sesuai kaidah nabi jadi sesat”...

Cantrik : “ oh...itu pendapat ulama antum to......apa kamu kepengen saya mengikuti ulama antum? Gitu aja kok....mbuleeeeeeeeeeeeeeettt kaya susur....”



Murid : “huh.......#$#???!@@###”