VALENTINE DAY : ABSURDITAS HARI KASIH SAYANG





Pendahuluan



Sebuah peringatan tentu harus ada yang diingat, siapa yang mengingat dan untuk apa dilakukan peringatan. Katakanlah saya memperingati hari kelahiran saya, berarti hari kelahiran itu lah yang saya ingat. Maksud saya memperingati hari kelahiran adalah bertujuan untuk mengingat kembali akan perjalanan hidup saya, usia saya, apa yang sudah saya lakukan dan berbagai makna yang bisa saya produksi untuk memberi arti dari sebuah peringatan yang saya buat. Lantas bagaimana dengan peringatan Valentine Day? Tentu akan kembali kepada “siapa yang memperingati hari itu”. Ketika pertanyaan itu diajukan kepada saya, maka secara jujur tidak ada alasan atau maksud apapun seandainya saya memperingatinya. Kecuali pada tanggal itu (14 Februari) adalah hari perkawinan saya. Jadi yang saya peringati adalah hari perkawinan saya.



Anda bisa mengajuka pertanyaan yang sama kepad diri anda. Apa yang anda peringati pada hari valentine day, apa maksud ada memperingatinya. Ini wajar diajukan, ketika anda benar-benar berkehendak mengadakan sebuah peringatan.





Sekilas Valentine Day





Hari Valentine (14 Februari) berakar dari sebuah kisah zaman Romawi berkenaan dengan orang-orang Suci Nashrani, khususnya Saint Valentino. Dia seorang martir yang melawan kaisar Claudius II (268-270 M) yang membuat aturan adanya larangan bagi pemuda Romawi menjalin cinta dan menikah demi kepentingan perang. Akibat perlawanan tersebut dia dijatuhi hukuman mati oleh kaisar. Untuk mengingat kegigihan dan keberaniannya, maka diadakanlah peringatan kepada mendiang Sant Valentino tersebut.



Mengenai tanggal 14 Februari, ada beragam versi yang berkembang. Di antara adalah bahwa pada tanggal tersebut diadakan peringatan hari untuk orang suci Valentino karena adanya keinginan untuk melawan tradisi Romawi yang tiap tanggal 15 Februari mengadakan Lupercalia, penghormatan kepada Dewa kesuburan Lupercus dengan cara berpakaian setengah telanjang dan pengorbanan hewan kambing. Dengan demikian, umat nashrani waktu itu melakukan kegiatan hari Valentine selain untuk mengenang Santo Valentino adalah untuk menandingi atau merubah kebiasaan bangsa romawi dalam penyembahan kepada para dewa.



Ada juga yang berpendapat bahwa pada hari-hari itu, adalah musim para burung mencari jodoh. Tradisi untuk mencari jodoh pada bulan tersebut berkembang pada abad ke-14, dimana ini tradisi yang sudah jauh dari kisah sang santo di jaman romawi. Namun demikian makna dan nilai yang dikembangkan masih saja selalu berkaitan, yaitu kasih sayang dan cinta. Pemaknaan Hari Valentine akhirnya menjadi hari kasih sayang. Dan itu adalah yang dipahami sampai saat ini.







Hari Kasih Sayang : Pemaknaan yang Absurd



Ketika hari ini (14 Februari), sebagai hari Valentine, hari kasih sayang, maka sebenarnya perlu diajukan pertanyaan mendasar kepada siapa yang memperingati. Apa yang anda peringati? Apakah kematian Santo Valentino? Ataukah memperingati para burung yang sedang mencari jodoh? Di sinilah letak absurditas, tidak adanya pijakan yang kukuh sebagai sebuah peringatah hari kasih sayang. Meski anda menyatakan bahwa kasih sayang itu bisa berarti luas dalam bentuk dan sasarannya, namun sekali lagi “ketiadaan peristiwa” yang layak dijadikan sebuah peringatan (untuk diingat), maka peringatah velentine day sebagai hari kasih sayang tidak mempunyai pijakan yang logis dan kuat untuk dilakukan ataupun dimaknai secara mendalam. Semua tanpa makna.



Sebagai umat muslim, maka sebuah pijakan bahwa hari valentine atau kasih sayang dalam rangka memperingati kematian Santo Valentino, maka itu sudah jauh diluar rel yang benar. Ketika anda umat muslim menyatakan bahwa “pencarian jodoh burung” dalam musim kawin Februari adalah yang anda ingat, maka terlalu berlebihan anda membuat pijakan.





Penutup



Ketika sebuah pijakan “peristiwa” apa yang layak diperingati dalam peringatan Valentine Day (hari Kasih Sayang) tidak menemukan jawaban yang jelas, maka kekaburan dan penyelewengan makna sebuah peringatan pasti akan terjadi. Sebab tidak ada pijakan historis yang layak untuk dijadikan sebagai peringatan. Apalagi dijadikan sebuah bentuk ungkapan rasa syukur atau introspeksi diri. Rasa syukur atas apa? Semua serba kabur. Introrspeksi dalam hal apa, dan cermin apa yang akan digunakan? Juga tidak mempunyai jawaban yang pasti. Maka, peringatan Valentine Day sebagai hari kasih sayang, akan menjadi sebuah “pembenar” yang dipaksakan untuk sebuah ritus cinta terlarang anak manusia.





Wallahu ‘alamu