SEPERTI HALNYA DUNIA NYATA : DUNIA MAYA PUN PENUH DRAMA

Pendahuluan

Pernahkah anda merasa tertipu dengan teman facebook anda, ketika bertemu dalam dunia nyata? Apa yang anda persepsikan tentang teman anda seperti “A” atau “B” ternyata seorang yang jauh berbeda dengan persepsi anda itu.

Sudah banyak kejadian penipuan lewat jejaring sosial semacam Facebook. Namun, hal itu tetap tidak menyurutkan bagi mereka yang ingin mengasyiki pertamanan lewat dunia maya. Apa yang terjadi dalam dunia nyata, seperti penipua, percintaan, persahabatan, tolong menolong dan sebagainya juga bisa terjadi di dunia maya. Dunia maya, juga sama dengan dunia nyata, begitulah kesimpulannya.

Setiap individu bisa berperan dalam beberapa situasi dan kondisi yang berbeda. Seorang yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak, maka dia memungkinkan menampilkan dirinya sebagai sosok yang penuh kasih sayang dalam keluarga. Penuh kelembutan, bahkan sedikit kasarpun tidak. Namun ketika dia dalam lingkungan pekerjaannya, dia bisa menampilkan diri sebagai orang yang tegas, displin, keras dan tidak toleran. Bagaimana seseorang menampilkan diri dalam lingkungan atau panggung tertentu itulah dalam kacamata sosiologi disebut sebagai dramaturgi atau presentasi diri (The Presentation of Self).

Teori Dramaturgi

Erving Goffman (1922-1982) memperkenalkan teori Dramaturgi, yang pada intinya untuk memahami perilaku manusia dalam kehidupan sosial seperti sebuah pertunjukan drama. Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater.

Setiap individu adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”.   Dalam mencapai tujuannya tersebut, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut.

Seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman disebut “impression management” (manajemen daya tarik).

Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (“front stage”) dan di belakang panggung (“back stage”) drama kehidupan.  Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil (lihat unsur-unsur tersebut pada impression management diatas).  Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita bawakan.

Tujuan dari presentasi dari Diri – Goffman ini adalah penerimaan penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut

Facebook sebagai “identitas diri”

Facebook merupakan salah satu jejaring sosial yang paling digandrungi saat ini. Melalui facebook seseorang bisa dikenal dan memperkenalkan diri kepada orang lain. Akun facebook sebagai nama, seringkali bukan nama asli pemiliknya. Tetapi nama yang disengaja untuk mewakili “peran” yang akan dimainkan oleh si pemilik.

Demikian pula dalam perkataan, penulisan status, ataupun komentar memang disengaja untuk menampilkan peran dengan tujuan agar orang lain dapat menerima dirinya seperti yang dikehendaki. Bila perlu suatu saat dapat memanipulasi orang agar selalu mengikuti persepsi yang telah dibangun dalam komunikasi. Status atau komentar dalam facebook menjadi panggung depan (front stage) dari diri seseorang. Teman-teman yang melihat dan berinterkasi adalah penontonnya. Dengan usaha dan cara, seseorang akan selalu berusaha mempertahankan peran dalam panggung tersebut. Bagaimana selalu bisa menampilkan peran yang memang disukai oleh penonton atas dirinya, atau peran tersebut dapat mewujudkan tujuan dari seseorang melalui penonton. Bisa jadi tepukan tangan atau standing ovation sudah sangat menyenangkan bagi seseorang, meski tidak sampai berlanjut ke komunikasi yang intensif.

Sebaliknya, ketika seseorang kembali ke dalam kehidupan sehari-hari, panggungnya sudah berubah. Tanpa penonton dari teman-teman di facebook. Maka bisa jadi dan sangat mungkin akan menampilkan peran yang berbeda ketika di facebook.

Tentu tidak mengherankan jika suatu saat anda bertemu teman facebook anda dengan perbedaan yang jauh dari persepsi serta pandangan yang terbangun dalam diri anda ketika berinteraksi lewat panggung facebook. Anda bisa kecewa, kagum atau apalah, tapi percayalah bahwa itu sangat mungkin terjadi.

Penutup

Setiap manusia punya panggung depan (dengan adanya penonton) sebagai media komunikasi dengan orang lain. Namun juga punya panggung belakang untuk melakukan peran, dimana tak ada penonton seperti di panggung depan. Seseorang bisa mempunyai panggung depan demikian banyak dan beragam. Ketika pagi dia berperan di pasar, ketika siang berperan pesantren, ketika malam dia berperan di facebook. Dan di saat malam asyik dengan panggung berdua dengan istrinya. Apakah itu sebuah kemunafikan? Tentu bagi kita, pemahaman dramaturgi kehidupan ini akan semakin menambah kearifan kita dalam menilai orang. Bahwa selalu saja ada peran di balik panggung atau peran di panggung kehidupan lain yang tak pernah kita sangka, dan itu bisa jadi lebih baik dan membuat kita sangat terpesona dengan seseorang.

Wallahu a’lamu