Belajar dari Uban

Uban warnanya putih, kain kafan juga putih. Mungkin anda bisa berdebat soal warna uban yang tidak putih, tetapi maklum dan malzum adalah putih. Uban dan kafan tidak ada urusannya atau hubungannya, namun bagi kita yang mau mencari hikmah dan pelajaran dari diri dan sekitar kita tentu akan bermakna.



Warna putih uban umumnya dimaknai sebagai tanda sudah mulai usia tua, usia uzur, meski saya sendiri  beruban sudah sejak usia SMP. Konon katanya salah milih minyak rambut (yang jelas bukan jelantah/sisa minyak goreng......kkkkkk). Kain kafan adalah bungkus mayat, putih kain kafan mudahnya adalah dimaknai dengan kematian. Sama-sama putih, uban yang ada pada rambut kita memberi pelajaran, bahwa kita sudah dekat dengan kematian, sudah memasuki usia senja. Maka banyak2lah ingat mati.



Selain itu, uban menandakan umur rambut atau kesehatan rambut yang sudah tidak tidak sehat. Uban muncul pada ujung rambut, kemudian merata sampai akar, akhirnya mudah tercerabut. Begitu pula, usia semakin uzur juga menunjukkan semakin memudarnya kesehatan fisik.



Anda tentu segera berdalih rambut yang ada di kemaluan itu kok tidak pernah beruban??? Jawaban gampangnya, karena selalu disimpan, karena posisinya di dalam terus menerus. Bisa jadi seandainya orang itu tidak pernah membungkusnya dapat beruban. Tapi kebetulan letaknya di kemaluan, pusatnya nafsu. Pelajarannya : Nafsu tak ada matinya !!! rambut kepala boleh beruban, nafsu tetap kuat terus menerus. Karena nafsu memang mendekam dalam diri, bukan diluar diri manusia.



Lha...bagaimana dengan rambut ketiak?......ya pikir sendiri lah......dari saya dua kan sudah cukup.......monggo...semoga bermanfaat...

Wallahu 'alamu bisshowab