FILOSOFI PUNOKAWAN (SAHABAT) PANDAWA
Tokoh punokawan atau batur atau cantrik dari Pandawa tidak akan anda temukan dalam kisah Mahabarata asli dari India. Bisa jadi tokoh tersebut adalah murni kreasi dari para luluhur kita di Jawa. Sebagian besar masyarakat yakin bahwa keberadaan tokoh-tokoh tersebut adalah hasil ciptaan dari Sunan Kalijaga dalam rangka menjadikan media dakwahnya. Dalam konteks tertentu apa yang dilakukan Sunan Kalijaga bisa disebut sebagai perang budaya, tetapi menggunakan budaya itu sendiri, tidak menciptakan budaya baru. Memasukkan unsur-unsur baru dalam budaya serta menambahkan nilai serta filosofi di dalamnya diharapkan dapat memberi dampak bagi para penikmat budaya yang sudah terlanjur jatuh cinta pada kisah Mahabarata.
Berikut ini adalah nama-nama tokoh punokawan tersebut : Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Untuk nama terakhir, di beberapa daerah bisa berbeda, misalnya Bawor di Banyumasan. Keberadaan punokawan adalah pengawal dari para tokoh kebajikan, yaitu Pandawa. Dengan adanya korelasi keberadaan punokawan dan pendawa. Bahwa untuk mencapai derajat mulia, penuh kebajikan maka memerlukan kawan, pendamping dalam bentuk perilaku seperti para punokawan.
Menurut keterangan dan penjelasan dari para sepuh pinisepuh, tentang punokawan tersebut diperoleh bahwa pemberian nama-nama tersebut adalah berasal dari kata-kata Arab (konteks : ajaran Islam), yaitu :
1) Semar dari kata (سمر) memaku, tidak tidur, mencairkan, mencukil Dalam pengertian memaku, filosofi yang dikandung adalah keberhasilan seseorang dalam mencapai kebajikan, memerlukan niat yang kuat, dihunjamkan dalam batin. Mencukil segala niat yang tidak baik. Tokoh semar, digambarkan dengan tokoh yang pandai bertutur, matanya merem tapi melek, rambut jambul putih. Itu menunjukkan kebiasaannya yang memang kuat dalam bertapa, kuat tidak tidur, pandai berdiskusi, bijaksana dalam memberi nasehat.
2) (Nala) Gareng dari kata (نال) memperoleh, menjadi, memberikan dan (خيرا) kebaikan. Filosofi yang dikandung adalah selain kuat prihatin dan niat, seseorang yang akan menggayuh kebajikan haruslah mampu memperoleh kebaikan dari setiap tindakannya, mampu menjadikan setiap amalnya adalah kebaikan. Dengan demikian, dia akan menjadi pemberi manfaat bagi siapa saja. Tokoh Gareng sering digambarkan sebagai lelaki cacat kakinya, pincang dan juga disebut kantong bolong. Dia bukan orang yang tamak dunia, tetapi tamak kepada kebaikan.
3) Petruk dari kata (فاترك) meninggalkan. Kebutuhan kawan dalam mencapai kebajikan adalah mampu dan mau meninggalkan hal-hal yang tidak baik, hal sia-sia. Tokoh petruk dilambangkan dengan hidung yang panjang. Tidak seperti tokoh Pinokio yang berarti suka berbohong, tetapi Petruk adalah karakter yang tidak banyak bicara, tetapi banyak kerja, banyak mencium, merasakan keadaan sekitarnya. Mulutnya tertutupi oleh hidungnya (kepeduliannya) dan dipenuhi kerja, amal dan perbuatan yang baik dengan cara meninggalkan yang buruk
4) Bagong dari kata (بغى) mencari, menyimpan dari hak, durhaka, bohong, dusta. Untuk mencapai derajat kebajikan seperti Pandawa membutuhkan perilaku suka mencari, menimbang mana yang baik dan buruk. Namun demikian pula harus hati-hati agar jangan sampai berbohong, menyimpan kebajikan dan berdusta. Tokoh Bagong digambarkan tokoh yang gendut, banyak ngeyel dan suka nglucu. Juga sering bikin jengkel. Perilaku bagong seperti itu diperuntukkan dalam rangka menimbang berbagai informasi mana yang manfaat dan mana yang tidak. Bisa jadi akhrinya kritis sehingga membuat orang lain merasa terganggu, namun bagi pihak lainnya bisa jadi sebuah guyonan dan banyolan saja.
Sebagai manusia kita didorong untuk mencapai kebaikan dan menjadi golonga orang-orang baik layaknya Pendawa. Namun itu ternyata masih membutuhkan para punokawan yang harus selalu mendampingi dan menjadi bagian dari diri kita. Sudahkah kita mempunyai kawan-kawan seperti itu? Semoga.
Wallahu ‘alamu bisshowab