Do'a buat Anak Kita

Lailatul Ijtima’ (14) : Do’a buat Anak Kita Seringkali kita mendengar atau bahkan kita sendiri mengucapkan do’a untuk anak-anak kita yang kira-kita bunyinya begini : “...semoga anak ini berguna bagi bangsa, negara dan agama...”. Atau mungkin sedikit tambahan atau versi pelafalan do’a tersebut. Secara sekilas awalnya doa itu buatku wajar-wajar saja, tidak ada yang aneh. Dari dulu yang sering kudengar ya seperti itu. Namun lambat laun, mulai terasa ada yang aneh dalam ucapan do’a tersebut, khususnya ketika aku sudah mempunyai anak sendiri. Berguna buat bangsa okelah aku pahami suatu saat kelak, anakku bisa memberi andil dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Apapun peran yang diambil dan diberikan. Skope bangsa atau negara bisa lebih diperkecil, bagi masyarakatnya, bagi tetangganya atau bagi teman-temannya. Yang lebih spesifik bisa berguna bagi saudaranya, keluarganya. Ketika masuk kalimat berguna buat agama...waduh...aku membayangkan...peran apa ya yang bisa dimainkan anakku kelak buat agamanya? Andil apa yang bisa disebut berguna buat agama? Apa jadi kyai termasuk berguna buat agama? Bukankah kyai adalah gelar atau sebutan penghormatan dari masyarakat kepada seseorang yang berjasa buat masyarakat (khususnya dalam bidang agama). Apa ya anakku harus berteriak-teriak...Allahu Akbar...dijalanan...dengan bersemangat membara dengan semboyan “hancurkan orang kafir”, “kita bela Islam”, “Kita bela Allah” dan sejenisnya? Aku jadi takut. Jangan-jangan anakku jadi beringas dan berambisi berebut pengakuan akan peran yang besar. Sehingga berlomba-lomba menjadi syahid..sebuah kewajiban menghancurkan orang kafir demi tegaknya Islam. Sungguh tidak kukehendaki model begitu. Padahal do’a yang kita ucap dengan tujuan adalah untuk kebaikan yang kita do’akan. Sebenarnya tidak ada do’a yang jelek. Kalau jelek berarti bukan do’a namanya, tapi sumpah serapah, umpatan, kutukan (kalau kita emang sakti). Aku mulai berpikir, bukankah Islam diturunkan buat manusia agar hidupnya didunia bisa selamat sampai kehidupan akhirat kelak? Islam diturunkan sebagai ajaran yang menyelamatkan, sebuah solusi kehidupan bagi umat manusia? Apakah Islam membutuhkan peran kita? Atau sebaliknya kita membutuhkan Islam sebagai penerang dan jalan hidup yang selamat? Harusnya do’a yang kita ucapa adalah “semoga agama berguna buat anakku”. Ya...anakku kelak akan menghadapi banyak macam kehidupan, menghadapi banyak ideologi, banyak pemikiran, banyak cara hidup. Hanya berharap dan mendoakan semoga agama Islam lah yang dipilih dan digunakan dalam kehidupannya kelak. Islam digunakan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan. Dengan begitu, Islam benar-benar bermanfaat buat anak-anakku. Dan itulah yang dikehendaki Allah atas diturunkannya Islam buat manusia. Ketika diri kita, anak-anak kita, tetangga kita, saudara kita mampu menjadikan agama berguna bagi kehidupannya, pada hakekatnya kita menegakkan kalimah Allah di bumi dan membesarkan Islam (lii’laa’i kalimatillah wa izzul Islam wal muslimiin). Dakwah adalah proses untuk mengajak, memberi contoh dan menyampaikan akan kebenaran Islam yang sudah menjadi bagian hidup kita, menjadi jalan hidup kita. Ketika kita bisa membuktikan manfaat agama buat kita, siapa tahu orang lain akan mencoba membuktikan juga. Semakin banyak yang membuktikan, maka semakin besar Islam dijayakan oleh orang Islam sendiri. Tidak perlu berteriak-teriak yang memekakkan telinga dan mencari dalil buat mereka yang tidak percaya akan dalil yang kita ajukan. Tak perlu meledakkan mercon atau bom untuk membuktikan bahwa Islam adalah benar dan mulia. Kebenaran Islam akan dibuktikan oleh orang-orang yang mau menjadikan Islam sebagai jalan hidupnya, berusaha mencari kegunaan Islam bagi hidupnya. Kemuliaan Islam akan tercermin melalui para pemeluknya yang sungguh-sungguh dalam pembuktian akan kebenaran Islam. Jadi kemuliaan Islam bergantung akan kemuliaan pemeluknya. Semoga anak-anak kita mulia karenanya (Islam).

Wallahu ‘alamu bisshowab