Isra' Mi'raj sebuah Berkah dan Fitnah

Jika peristiwa Isra’ Mi’raj tidak menjadi bagian penting dalam hidup anda, dalam perjalanan keimanan anda, atau peristiwa tersebut tidak anda anggap berguna buat diri anda, maka sia-sialah semua ceramah, pidato, mau’idloh, tentang isro’ mi’roj yang anda saksikan di televisi, anda baca dikoran, buku, majalan dan lainnya, atau di tempat-tempat pengajian yang anda datangi. Sebab isro’ mi’roj tidak ada efek buat anda.

Kita sering terjebak untuk intens memperdebatkan soal bagaimana isro’ mi’roj. Kita terbuai oleh betapa dahsyatnya peristiwa itu, padahal kalau mau sedikit cermat dalam membaca ayat tentang isro’ mi’roj, maka ada subyek yang sentral dan itulah harusnya jadi fokus untuk memahaminya. “Subhaanallzdi asro bi ‘abdihi lailan minal masjidil haroomi....” Maha Suci Allah yang telah menjalankan (mengisro’kan) hambanya pada suatu (sepertiga) malam dari masjidil harom ke.....dst. Jelas-jelas ayat ini menegaskan bahwa Muhammad tidak bisa berbuat itu, tidak bisa melakukan itu seperti halnya orang-orang yang meraga sukma, meditasi, tetapi Allah lah yang menjalankannya. Inilah sebenarnya kata kuncinya. Ketika dipahami seperti ini, penjelasan tentang bagaimana, hanya akan memperkuat keimanan anda kepada Allah SWT, bukan memperdebatkannya.

Bagi Allah peristiwa isro’ mi’roj adalah pemberian berkah kepada Muhammad, dan kepada seluruh umat manusia (..”baarokna haulahu linuriyahu min aayaatinaa...”). Bagi diri pribadi Muhammad, bisa jadi inilah hadiah atas kesabaran dan keyakinannya atas seluruh musibah yang menimpanya (secara khusus dalam masa ‘aamul huzni/tahun dukacita). Bagi seluruh umat manusia, maka perintah shalat sebagai “oleh-oleh” bepergian tersebut adalah berkah. Bagaimana tidak, perintah shalat diturunkan pada saat itu, dan Muhammad diajari bagaimana shalat yang benar dan purna. Pernahkan anda mengkaji bagaimana shalat para nabi sebelum Muhammad? Jika sudah, maka anda akan menemukan bahwa shalat yang diajarkan Muhammad SAW adalah bentuk peribadatan yang sudah purna dan holistik. Shalat adalah tiang agama, pokok dari agama, kunci dari segala ibadah. Itulah berkah besar buat umat manusia. Melalui shalat, sudah tersedia media dan ritual berdialog dengan Allah yang tidak hanya baik dari sisi ruhani, tetapi juga baik dari sisi fisik (kesehatan). Pokoknya lengkap lah shalat itu.

Isro’ Mi’roj memang ujian buat kita. Judul di atas saya menggunakan kata fitnah (yang berarti ujian) hanya untuk menyesuaikan irama saja dengan berkah (guru lagu kalau dalam sastra Jawa). Ya, isro’ mi’roj adalah ujian buat kita, apakah kita yakin pada Allah atau tidak? Seandainya kita hidup di zaman rasulullah SAW, belum tentu kita termasuk orang yang percaya. Wong yang menganggap Muhammad SAW gila saja ada. Lha bagaimana tidak, peristiwa yang tidak masuk akal dilakukan oleh Muhammad, manusia biasa, tidak sakti. Tetapi sekali lagi itulah ujian buat kita, jika kita percayanya kepada Muhammad saja, maka saat itu kita bisar runtuh iman kita. Tetapi ketika percaya kepada Allah, maka bagaimanapun peristiwa isro’ mi’roj itu terjadi, pasti percaya. Dan itulah yang ditegaskan oleh Abu Bakar. Dia percaya kepada Allah.

Demikian pula terhadap shalat sebagai “oleh-olehnya”, kita juga diuji untuk meyakininya. Masak hanya dengan jungkar-jungkir bisa menyelamatkan kehidupan manusia, dari dunia sampai akhirat? Percaya mana anda kepada uang? Kekuasaan? Dibandingkan dengan shalat (yang dua rakaat saja di saat fajar) keutamaannya melebihi seluruh isi langit dan bumi? Percaya mana ketika anda sakit diberi resep untuk minum obat dari dokter dengan shalat hajat atau tahajud? Tidak mudah untuk menerima dan meyakini atas shalat sebagai ibadah yang menentukan selamat tidaknya manusia. Karena bisa jadi kita terlalu sibuk mempersoalkan perjalanan dari langit satu menuju ke langit tuju, mempersoalkan 50 waktu menjadi 5 waktu dan sebagainya.

Saya mempunyai kawan, Wasis namanya (semoga Allah memberi umur panjang dan berkah kepadanya), dia dulu tinggal di sebuah desa di Kec. Sumbang Banyumas. Dia pernah bertahun-tahun ingin membuktikan atas kebenaran shalat jika dibandingkan dengan ritual-ritual lainnya. Setelah proses sekian lama, dia dengan hakkul yakin, dengan pembuktiannya sendiri menegaskan bahwa shalat adalah bentuk ibadah menghadap Allah SWT yang paling benar dan valid. Tentu tidak semua orang bisa segila itu untuk membuktikannya. Tapi itulah demi keyakinan, meski harus melewati banyak godaan dan cobaan.

Anda tidak perlu meniru kawan saya tersebut. Anda dan saya, kita hanya perlu membuktikan melalui seluruh shalat yang kita lakukan, dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, sampai akhirnya hayat nanti, bahwa shalat adalah berkah buat kita, baik untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Sebelum menjadi berkah, biarlah shalat menjadi fitnah (ujian) buat kita. Yang terpenting Isra' Mi'raj menjadi bagian yang terpenting bagi kehidupan dan keimanan kita.

Wallahu ‘alamu bisshowab

Selamat memperingat hari Isra’ Mi’raj