Selamatan An Naas
Inilah nama surat terakhir (susunannya) dalam Al Qur’an. Firman Allah yang mengupas tentang Manusia. Bagaimana seharusnya manusia memahami akan kemanusiaannya. Biasanya surat ini dibaca dirangkai dengan surat al ikhlas dan al falaq. Dan seringkali surat-surat tersebut dirangkai menjadi sebuah tolak balak atau doa keselamatan. Memang itu tidak salah. Toh barokah Allah yang ditempatkan dalam ayat-ayat suci Al Qur’an demikian melimpah. Bolehlah kita memohon barokah tersebut buat keselamatan diri kita hidup di dunia ini dan kalau perlu sampai besok di akhirat. Ngomong-ngomong soal keselamatan, dalam tradisi masyarakat jawa dikenal “selametan”. Dalam temuan Clifford Greetz, masyarakat Jawa sangat akrab dengan tradisi tersebut. Keyakinan mereka bahwa manusia (anak) hidup dunia ini penuh ancaman. Ancaman khususnya dari hal-hal gaib. Maka kita kenal ruwatan, slametan desa, atau “bancaan2” lain yang tujuannya adalah mohon keselamatan. Memang begitulah takdir manusia di dunia dalam keyakinan orang Jawa. Ritual selamatan bermacam-macam, dari mulai puasa, kenduren, sesajen, bubur, atau pagelaran wayang. Kesemuanya itu adalah simbol memohon keselamatan buat diri manusia. Ritual bisa dilakukan dalam jangka tahunan, selapanan (weton kelahiran), atau waktu khusus lainnya. Dalam budaya manapun, doa keselamatan akan kita temukan, karena manusia menyadari bahwa kehidupan di dunia ini memang penuh rintangan dan ancaman yang sewaktu-waktu dapat mempengaruhi perikehidupan manusia. Dalam Al Qur’an diajarkan kepada kita bahwa dalam diri manusia sebenarnya terdapat ancaman, yang tidak enteng, bahkan serius, sampai-sampai perlu dicantumkan secara khusus dalam sebuah surat. Seringkali manusia melihat ancaman itu datang dari luar dirinya, tetapi tidak melihat dirinya sebagai ancaman. Islam mengajarkan jalan keselamatan, jalan yang lurus berpegang kepada Allah dan upaya kembali kepadaNYA dengan tenang, ridho dan diridhoi. Ancaman atau musuh yang perlu disadari oleh manusia adalah dirinya sendiri, apa yang ada dalam diri manusia dapat menjadi ancaman yang sangat serius. Dengan bahasa singkat dan padat ancaman tersebut berupa bisikan-bisikan, yang berhembus-hembus (bisikan hati, lintasan hati, krentek ati, niat, dan sebagainya) baik yang potensial/tidak nampak (dari golongan jin) dan yang nampak jelas nyata (dari golongan manusia sendiri, baik manusia lain maupun dirinya sendiri)... Alladzii yuwaswisu fii shuduurinnaas minal jinnati wannaas...Memang hati atau qolbu adalah wadah dimana bersemayam berbagai macam rasa, niatan dan sebagainya. Dia sering berbolak-balik dan memunculkan kebimbangan dan keragu-raguan ataupun bisikan-bisikan yang jika kita perhatikan dengan cermat ramainya akan melebihi keramaian sebuah konser dangdut atau rock sekalipun. Begitu riuh rendah dan bergemuruh saling berebut untuk mendapat tempat khusus dan diperhatikan oleh diri kita. Melalui surat An Naas, Allah menyadarkan bahwa ancaman yang datang dari diri sendiri adalah sangat serius, juga seserius ancaman atau bahaya dari luar (dalam surat al Falaq). Oleh karena itu, kesadaran akan kelemahan diri akan meneguhkan kita untuk selalu memohon pertolongan Allah, menegaskan dan melatih hati untuk selalu berlindung dibalik Kuasa Allah SWT, karena Allah lah pemelihara dan raja manusia (dan tentu menguasai segala macam isi hati yang datang berbisik-bisik tersebut). Hanya mengandalkan kekuatan diri kita, mengandalkan kekuatan hati kita semata, maka bersiaplah jatuh terpeleset terbujuk rayu oleh motivasi yang menggoda dalam diri sendiri. Yakinkanlah akan hal itu setiap kali membaca An Naas...agar menjadi keyakinan yang terpatri dan mendapat perlindungan Allah SWT. Amiin. Wallahu ‘alamu bisshowab