Malam Jum’ah (atau bisa disebut hari Jum’at-kan dalam kalender Qomariyah magrib sudah berganti hari) adalah hari yang (di)mulia(kan) oleh Allah. Banyak amalan ibadah yang disunnahkan pada hari tersebut. Juga disunnahkan/diwajibkan ibadah yang sifatnya kolektif (bisa duo, atau lebih dari itu). Saking mulianya, hari Jumah disebut sebagai hari raya, atau shalat Jumat seolah-olah menjadi ibadah hajinya orang-orang miskin. Sementara di kalangan masyarakat Jawa, diyakini bahwa malam jum’ah adalah malam berkumpulnya para waliullah (dan malam sabtunya persidangannya).
Dan salah satu sunnah Rasul SAW dalam memulikan malam Jumah adalah hubungan seks (bagi suami istri). Wah tentu enak betul ya? Sudah nikmat, masuk kategori ibadah besar (pahalanya) karena memuliakan malam Jumah. Tapi tunggu dulu, sebagian orang dihadapkan pada beberapa persoalan, begini kira-kira pertanyaan yang diajukan :
1. Dengan seks, kita berarti menuruti nafsu, padahal malam jumah lebih mulia digunakan untuk qiyamullail (menegakkan malam dengan berbagai amal ibadah)? Apa ini bisa nyambung?
2. Ah..mana mungkin kita bisa maksimal?. Habis hubungan, tentu kita capek dan lebih baik tidur (tertidur), atau tentu mandi malam dingin dan bisa2 jadi penyakit...dan ini tentu memperkecil kita peluang menegakkan malam tersebut? Jadi lebih baik memilih salah satu saja.
3. Ada yang lain : udah deh...pokoknya dijalanin aja...kalau toh tertidur, kita sudah menjalankan sunnah, kalau kok bisa bangun tengah malam ya sholat malam...gitu aja kok repot..
Daftar problem dan pertanyaan bisa lebih dari itu, atau bahkan anda yang membaca bisa mengajukan persoalan lain. Memang KUNCINYA adalah kita perlu membuktikan, bahwa sunnah yang dianjurkan Nabi SAW adalah benar-benar bermanfaat buat kita (ndak usah ngitung pahala deh...udah ada yang nyatet dan tidak mungkin keliru catetannya).
Buat saya, seks (suami istri) perlu dipahami sebagai sebuah sedekah (spirit sodaqoh) dimana kata kuncinya adalah idholussuruur (memasukkan/memberikan kebahagian/kesenangan). Mungkin konsep ini lebih tepat dipegang atau jadi pedoman buat para suami, soalnya sedekah tersebut dalam bingkai memberi nafkah. Seringkali kita (kaum lelaki...bisa juga perempuan/istri) memandang seks adalah sebagai sarana menyenangkan diri sendiri (coba deh...jujur pada diri sendiri....), bahkan seringkali kita jatuh pada aktivitas swalayan....atau bahkan mencari berbagai cara bagaimana agar diri kita bisa puas-sepuasnya. Padahal dalam konsep sodaqoh, justru sebaliknya bagaimana sebesar-besarnya memberi kesenangan (tentunya buat istri). Dalam spirit tersebu tentu dibutuhkan prasyarat, adanya komunikasi yang harmonis, saling terbuka, mampu menerima kekurangan dan kelebihan. Jika konsep demikian yang dipakai, maka tidak ada namanya pemaksaan, tuntutan yang berlebihan (dan percayalah istri akan bisa mengerti dan tidak menuntut macam2 pula). Maka adalah sebuah kesalahan besar jika suami menuntut atau membatin bahwa istrinya memberikan layanan seperti pelacur elit atau bintang pelem porno. Suami tidak akan menuntut pelayanan, tetapi mendahulukan memberi (maka istri dijamin akan memberi pelayanan yang maksimal). Sebab sodaqoh adalah memberi, itulah memberi nafkah batin (kalau dianggap batin). Jadi layanan seks dari istri bukan suatu transaksi atas pemberian nafkah lahir dari suami. Bukankah dalam akad nikah memang suami wajib memberi nafkah lahir dan batin terhadap istri? Jika konsep meminta layanan, maka sebenarnya suami sedang transaksi.
Dengan memahami konsep hubungan seks suami istri demikian, maka anda akan mampu melanjutkan malam jumah dengan kekhusyuan yang dalam, karena begitu tenangnya anda, sudah tuntas dalam memenuhi kewajiban batin dan anda tentu mendapat kesenangan serta otot2 dapat rileks. Apa tidak capek? Aha...jika dilakukan dengan ketulusan dalam rangka sodaqoh, memberi apalagi buat yang dicintai, maka saya yakin rasa capek dan kantuk akan sirna. Dan anda akan mendapatkan energi baru yang lebih segar dan besar untuk melanjutkan ibadah malam (qiyamullail) dengan lebih tenang.
Anda boleh percaya atau tidak. Tetapi itulah sunnah yang diajarkan Rasul Muhammad SAW kepada umatnya. Jika anda sudah mencoba, bisa berbeda temuan anda dengan saya. Jika anda merasa tertantang silakan mencoba, manfaat dan pahala toh buat anda sendiri. Apalagi anda pada siang harinya (kamis) melakukan puasa tentu akan ada sensasi laen yang bisa didapat (kayak roko’an ae...).
Wallahu ‘alamu bisshowab...