Bulan SURO

Bulan Suro atau Muharom dalam kalender Hijriyah, di dalamnya sering banyak larangan, tidak boleh ini, tidak boleh itu, dan sebagainya. Bahkan diisi dengan menakut-nakuti dan terciptalah mitos. Kita tidak perlu percaya mitos begitu saja, namanya juga mitos. Memahami mitos perlu sudut pandang lain, karena seringkali mitos itu ditujukan pada sesuatu yang lain. Kadang, mitos juga dibangun atas pengalaman, dan keilmuwan sebelumnya. Oleh karena, mari kita bijak dalam memahami mitos dalam bulan Suro tersebut.

(a) ketika banyak larangan, maka kita bisa memahami, bahwa dalam bulan Suro itu lebih baik digunakan untuk kepentingan yang serius, berfikir, merenung, berzikir, mengolah batin, memperbaiki perilaku dan sebagainya

(b) ketika banyak ancaman menakutkan, maka pahamilah bahwa itu semua adalah bentuk kesungguhan dari sebuah nasehat, maka peganglah kuat2 nasihat yang sebenarnya, tidak perlu terlalu risau pada ancaman. Sebab blai, sial atau celaka pada hakekatnya memang sudah kehendakNYA dan atas akibat ulah kita sendiri.

Jangan menimpakan kesialan pada bulan tertentu, sedangkan kebaikan pada bulan lainnya. Bulan-bulan memang dinamai dengan memiliki spirit dan nasehat yang terkandung di dalamnya, itu adalah spirit tahun hijriyah, dan orang jawa juga berusaha menamkan spirit nasehat luhur tersebut. Bulan Suro, bisa berarti bulan kekuatan (=suro), sebagian dipahami bulan menggembleng kesaktian. Anda bisa memahaminya, bulan penggemblengan kekuatan batin, bukan hanya soal kanuragan.

Bulan Suro, atau Muharom mari kita jadikan bulan transformasi, perubahan dalam bentuk perilaku berhijrah, ke arah yang lebih baik, tentu ini dengan sungguh-sungguh memperhatikan nasehat-nasehat baik di dalamnya serta melatih dalam pembinaan diri dalam bentuk menjauhi berbagai aktivitas yang sifatnya “senang-senang” atau mengejar keduniawian semata. Sama halnya ketika memasuki bulan Romadhon, maka kita memasuki masa-masa yang penuh “gemblengan”, “panas” membakar nafsu-nafsu kita. Jadi apa salahnya memaknai mitos bulan Suro dengan bijak, tanpa harus menghapus pesan positif di dalamnya? Apalagi harus memvonis orang lain kafir, karena berusaha memuliakan bulan Suro.... tidak sebanding bukan?

Wallahu ‘alamu bishhowab